Bagikan artikel ini :

Ateis Dan Orang Pedalaman

Lukas 24:13-35

Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
- Lukas 24:25

Suatu hari seorang Ateis pergi ke pedalaman dan berjumpa dengan seorang suku terasing yang sedang membaca Alkitab. Si Ateis menghampiri orang itu dan mulai mengolok-ngolok imannya. “Buat apa membaca buku itu? Kalau memang Tuhan itu ada, bisakah kamu mengubah batu menjadi roti?” ejek si Ateis. Kemudian orang suku itu menjawab, “Saya memang tidak bisa mengubah batu jadi roti, tetapi saya bisa mengubahmu menjadi makan malam saya.” Si Ateis mendadak pucat dan kabur.

Masih banyak orang yang mengeraskan hati dan tidak mau percaya bahwa Tuhan itu ada. Pikiran yang kritis, kenyamanan dunia, membuat orang sulit untuk beriman kepada Tuhan. Bahkan bukan hanya para Ateis yang mempertanyakan hal ini, orang percaya pun dalam pergumulannya terkadang masih ragu apakah betul Tuhan itu ada.

Dua murid Tuhan pulang ke kota Emaus selepas penyaliban Yesus. Mereka telah mengikut Yesus sepanjang pelayanan-Nya. Mereka berharap Yesus akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Akan tetapi harapan mereka runtuh ketika melihat Yesus, Mesias yang mereka harapkan, mati di tangan penjajah. Mereka kehilangan pengharapan. Dalam kekecewaan mereka memutuskan untuk mengambil jalan yang berbeda dari murid-murid yang lain yang tetap tinggal di Yerusalem, yaitu kembali ke kota asal mereka. Kedua murid ini kehilangan iman karena Tuhan Yesus tidak lagi bersama dan harapan mereka tidak terpenuhi. Mereka memutuskan untuk meninggalkan iman percaya mereka kepada Yesus dan kembali pada kehidupan lama. Atas kasih karunia Tuhan, Yesus menampakkan diri di hadapan mereka menyatakan bahwa diri-Nya telah bangkit, menang atas maut, dan memberikan pengharapan baru bagi mereka.

Mungkin terkadang kita bisa seperti dua murid ini, bertahun-tahun mengiring Tuhan tetapi ketika ada hal yang tidak sesuai dengan harapan, kita mulai meragukan-Nya. Tidak seekstrim dua murid yang mengambil jalan meninggalkan iman mereka, kita mungkin mulai ragu, mencari yang lain di luar Tuhan untuk memenuhi harapan-harapan kita. Ingatlah, Tuhan Yesus tidak sekecil harapan kita. Dia telah ada sebelum segala sesuatu ada. Dia telah ada sebelum kita bisa berharap. Yakin dan percaya bahwa di dalam Yesus pengharapan selalu ada.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah meragukan Tuhan? Apa keadaan/kejadian yang sedang/pernah membuat Anda meragukan Tuhan?
  • Bagaimana Anda bisa memperkuat iman percaya kepada Yesus saat harapan Anda belum/tidak terpenuhi?