Bagikan artikel ini :

Bekerja Tapi Tidak Merasa Puas

Pengkhotbah 4:1-12

ada seorang sendirian … dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanya pun tidak puas dengan kekayaan … Ini pun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.
- Pengkhotbah 4:8

Di zaman sekarang, orang yang ciri-cirinya suka bekerja terus-menerus tapi tidak pernah puas dengan hidupnya, biasa disebut sebagai workaholic atau pecandu kerja. Sebuah buku menggambarkan workaholic seperti hamster yang hidup dalam roda putar. Tidak pernah ada habisnya tapi juga tidak ada puasnya. Kecanduan kerja merupakan problema emosi yang bersumber dari dorongan kuat untuk memiliki kuasa serta kontrol atau untuk mendapatkan pengakuan atas kesuksesannya.

Pada ayat di atas Pengkhotbah juga menyampaikan bahwa bekerja tiada henti-hentinya adalah kesia-siaan hidup. Manusia cenderung tidak pernah puas dengan kekayaan yang dimilikinya. Iri hati akan kesuksesan dan kekayaan yang dimiliki orang lain menjadi penyebabnya (ay. 4). Motivasi-motivasi seperti ini bisa menghancurkan. Berhati-hatilah dengan motivasi kita dalam bekerja. Jangan terjebak oleh motivasi yang salah.

Kecanduan kerja bisa menimpa siapa saja, termasuk gembala gereja. Seorang gembala mengakui dengan jujur di dalam bukunya demikian, “Kalau Anda tinggal seminggu bersama saya …. Anda akan berpikir bahwa saya seorang yang luar biasa: mengasihi Yesus, mengasihi Alkitab dan gereja-Nya, serta peduli kepada istri dan anak-anak. Saya pun tampak sebagai seorang yang berdampak bagi Yesus di dunia. Namun setelah beberapa waktu, Anda akan mulai menyadari bahwa saya adalah seorang yang bermasalah atau yang mengalami disfungsi.”

Gembala ini lalu bercerita ketika mencoba cuti selama seminggu, ternyata ia mengalami gejala-gejala seperti orang yang kecanduan alkohol atau obat-obatan: mudah sekali jengkel, gelisah, dan sulit menguasai diri. Ia dikuasai kekhawatiran yang tidak jelas alasannya dan mengalami frustrasi berat karena dipenuhi oleh kebutuhan tak terpuaskan akan pencapaian dan keberhasilan untuk melakukan atau menyelesaikan berbagai hal. Sampai seorang sahabat memperingatkannya, barulah ia sadar bahwa ia telah kecanduan kesuksesan. Sejak saat itu ia mulai mengikuti konseling untuk mengatasi masalahnya.

Apakah Anda mengalami kondisi serupa? Bekerja itu baik, bahkan merupakan perintah Allah karena Allah pun adalah Tuhan yang bekerja. Namun, kita perlu memperhatikan motivasi dalam bekerja dan bagaimana kita bekerja, supaya apa yang kita kerjakan bukan merupakan kesia-siaan yang tidak memuliakan Allah dan bahkan membuat hidup kita menjadi tidak maksimal.

Refleksi Diri:

  • Apa motivasi Anda dalam bekerja? Apakah untuk mengejar pengakuan dari sesama atau pengakuan dari Tuhan?
  • Apakah Anda memiliki gejala kecanduan bekerja? Jika ya, apa yang Anda akan lakukan untuk mengatasinya?