Bagikan artikel ini :

Berbagi Ketulusan Hati

Hosea 11:1-11

Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan.
-Hosea 11:4

Ayat ini menjelaskan betapa luhurnya kasih Allah! Kasih Allah kepada Israel tak pernah luntur dan selalu luhur. Israel sebagai anak-anak Allah sejak “kecil” ditebus, dikasihi, dan dididik dengan kasih setia. Dahulu mereka diperbudak di Mesir tapi akhirnya dibebaskan oleh Allah. Meskipun Israel berkali-kali berpaling dari Allah, Dia tetap menaungi dan melindungi mereka.

Allah juga mengikatkan diri kepada Israel melalui perjanjian-Nya, tapi bangsa ini justru malah berbalik memungkiri Allah. Mereka menyembah Baal dan menyangsikan janji-janji Allah kepada mereka. Mereka keras kepala, bukannya taat dan memegang teguh janji yang Tuhan sudah nyatakan. Namun, kasih Allah nan tulus mengalahkan kedegilan hati mereka. Allah tetap mengikat mereka dengan kasih dan kesetiaan-Nya.

Tak hanya berhenti sampai disitu, Allah dalam rupa manusia, Tuhan Yesus menorehkan sejarah. Sepanjang hidup Yesus di dunia, Dia senantiasa berbagi dengan tulus, bahkan sampai membiarkan tubuh-Nya tercabik dan tersalib demi membuktikan janji setia-Nya kepada manusia.

Ketulusan hati tidak akan membiarkan diri kita menyalahgunakan apa pun dan siapa pun juga. Saya bertemu dengan jemaat yang frustasi menyaksikan gereja dan orang-orang di dalamnya. Ia merasa dirinya duniawi ingin diubahkan menjadi semakin rohani. Namun, saat masuk ke gereja yang ia saksikan justru semakin duniawi. Tidak ada ketulusan hati di antara anggota gereja selain masalah untung rugi yang selalu dihitung layaknya pedagang.

Ah saya sedih… memang seharusnya dunia menjadi semakin gerejawi dan sangat disesalkan jika gereja menjadi semakin duniawi. Perlu membangkitkan banyak orang yang mau dengan ketulusan hati dipakai menjadi alat Tuhan, membangun kesaksian atas gereja dan kekristenan supaya jemaat dan terutama orang-orang di luar gereja bisa merasakan kasih ketulusan hati Yesus melalui anak-anak-Nya.

Saudaraku, sudahkah kita berbagi ketulusan hati, tanpa pamrih seperti Yesus? Beranikah kita melawan godaan-godaan dunia dalam rupa pujian dan sanjungan ketika kita dengan setulus hati melayani, mengasihi, dan memberi? Bersediakah kita menanggung penolakan dan cemooh saat melayani dan berbagi dengan sesama kita?

Salam hidup dengan ketulusan hati.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah berterima kasih atas ketulusan hati Allah sedegil apa pun Anda bersikap kepada-Nya?
  • Sudahkah Anda membagikan ketulusan hati dengan tampa pamrih kepada sesama?