Bagikan artikel ini :

Bias Konfirmasi

Matius 22:23-33

Yesus menjawab mereka: “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci
maupun kuasa Allah! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak
dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.
- Matius 22:29, 30

Orang Saduki tidak memercayai kebangkitan orang mati. Menurut mereka, hidup manusia selesai ketika meninggal dunia. Ia akan masuk ke dalam dunia orang mati. Oleh sebab itu, mereka ingin menjebak Tuhan Yesus dengan pertanyaan perihal seorang wanita yang menikah dengan tujuh bersaudara. Aturan menikah ini memang ada dalam Taurat (Ul. 25:5-10). Siapakah yang kelak akan menjadi suaminya? Pertanyaan itu dilontarkan atas asumsi yang salah, yaitu bahwa kehidupan di surga sama dengan kehidupan di dunia ini. Hanya pindah tempat.

Tuhan Yesus menjawab dengan mengoreksi kesalahan mereka: kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Saya jelaskan lebih dulu soal kuasa Allah. Tuhan Yesus mengutip perkataan Allah kepada Musa di Keluaran 3:6a, “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. (ay. 32). Allah adalah Allah yang Mahakuasa. Membangkitkan orang mati bukan perkara sulit bagi- Nya. Apa kewenangan kita membatasi Allah dan kuasa-Nya?

Di balik ketidakmengertian orang Saduki tentang kuasa Allah, ada ketidakmengertian mereka tentang Kitab Suci. Pola pikir mereka tentang firman Allah berbeda dengan kebenaran firman Allah itu sendiri. Orang Saduki menafsirkan Kitab Suci sesuai dengan keinginan sendiri. Terima yang disukai, tolak yang tidak disukai. Bahkan dari semua kitab dalam Perjanjian Lama, mereka hanya menerima lima kitab Musa. Pilah-pilih. Dalam ilmu logika, ada yang disebut bias konfirmasi, yaitu mencari hanya pendapat yang mendukung perkara yang disetujui tanpa mau melihat pendapat yang lain.

Banyak orang Kristen terjerat dalam cara pikir bias konfirmasi. Kalau sudah senang suatu ajaran atau pengkhotbah tertentu, apa pun yang didengarnya akan diterima bulat-bulat dan dianggap pasti benar. Tak lagi mau berpikir kritis. Ketika diberitahu bahwa itu salah, mereka bersikukuh. Harapan saya, pembaca renungan ini tidak seperti itu. Jadilah murid Kristus yang hatinya terbuka untuk diajar dan belajar hal-hal baru dan benar. Jadilah murid Kristus yang berpola pikir seturut pola pikir Allah, bukan dunia.

Refleksi Diri:

  • Apa yang Anda akan lakukan agar jangan terjebak dalam ajaran yang melenceng?
  • Bagaimana Anda melatih berpikir kritis dan berpola pikir seperti Kristus?