Bagikan artikel ini :

Bijaksana Kok Pelit?

Matius 25:1-13

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah
seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
- Efesus 5:15

Jangan egois. Belajar berbagi. Murah hati. Kata-kata semacam itu biasa didengar telinga kita. Namun dalam perumpamaan ini, kita justru menemukan bahwa karakter yang dipuji Tuhan Yesus dengan sebutan bijaksana ternyata pelit. Mereka tidak mau berbagi minyak dengan gadis-gadis yang kehabisan minyak. Bijaksana kok pelit?

Kita harus memahami tujuan perumpamaan ini. Tuhan Yesus tidak sedang membahas soal murah hati versus pelit tetapi soal kesiapsediaan murid-murid-Nya menyambut kedatangan-Nya yang kedua. Sama halnya dalam perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Luk. 16:1-9), Yesus juga tidak memuji ketidakjujuran bendahara itu, tetapi mengajari pengikut-Nya untuk jadi orang yang cerdik dalam keuangan.

Gadis-gadis bodoh, disebut demikian, bukan bodoh dalam hal tidak tahu tentang pentingnya menyiapkan minyak cadangan tetapi secara sadar dan sengaja memang tidak mau membawa minyak cadangan. Mereka menganggap remeh peristiwa pernikahan tersebut. Itu sebab ketika mereka memohon agar dapat masuk, tuan rumah menolak karena mengenal sikap mereka yang sebenarnya. Sedangkan gadis-gadis bijaksana bersikap kebalikannya. Mereka menganggap penting hari pernikahan dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Ketika menolak memberikan sedikit minyak, mereka bukan pelit tetapi memrioritaskan tugas yang utama, yaitu menyambut mempelai laki-laki. Jangan sampai karena berbagi, mereka justru melalaikan tugas yang utama. Jika itu terjadi, sepuluh gadis itu semuanya menjadi gadis-gadis bodoh.

Pesan utama dari perumpamaan ini adalah persiapan kita menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Jika kita menghargai Yesus dan hari kedatangan-Nya yang kedua kali, maka kita akan bersungguh-sungguh mempersiapkan diri menyambut hari kedatangan yang tidak terduga itu. Kita tidak akan asal-asalan hidup atau hidup demi diri sendiri saja, apalagi sembrono. Kita akan membuat prioritas. Banyak hal kita anggap penting: keluarga, kerja, ibadah kepada Tuhan, kesehatan, dsb. Akan tetapi, dari semua yang penting-penting itu, kita harus membuat prioritas, mana yang nomor satu, dua, tiga, dst. Prioritas itu berhubungan dengan isi hati kita. Mana yang paling penting bagi hati kita, itulah yang kita prioritaskan.

Refleksi Diri:

  • Apakah hidup Anda selama ini sudah menunjukkan sikap seorang yang rindu menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali?
  • Apa yang Anda akan prioritaskan dalam rangka menyambut kedatangan Yesus yang kedua kali?