Bagikan artikel ini :

Bukan Ayah Yang Gagal

1 Samuel 2:1-36

Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?
- 1 Samuel 2:29

Perikop bacaan ini menceritakan kisah tragis satu keluarga orang percaya, keluarga imam Eli. Kedua putra imam Eli, Hofni dan Pinehas, adalah imam-imam yang dursila (1Sam. 2:12). Ini bukan perkataan yang berlebihan. Kejahatan-kejahatan mereka begitu nyata, berzinah dalam rumah Allah, tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, dan mereka lakukannya dengan terang-terangan. Belum cukup dengan perbuatan tak bermoral, mereka pun menodai kesucian korban-korban bakaran yang dipersembahkan umat Israel kepada Allah.

Tidak selalu kelakuan busuk anak-anak terjadi karena kesalahan orangtua mereka. Namun dalam kasus keluarga imam Eli, firman Allah jelas menimpakan kesalahan kepada Eli sebagai kepala keluarga dan ayah yang gagal mendidik anak-anaknya. Sepertinya Eli tidak atau telat menegur perbuatan-perbuatan anak-anaknya. Saat ia menegur mereka, semua sudah terlambat, dan anak-anaknya tidak lagi mau mendengarkan tegurannya.

Dalam hal pelayanan, imam Eli adalah seorang hamba Tuhan yang baik. Ia melayani dengan setia. Ketika Hana dalam kondisi tertekan dan berdoa meminta anak, ia memberikan penguatan firman Allah kepadanya. Allah telah memakai Eli untuk meneguhkan iman Hana. Ketika orang-orang Israel mengeluh, mereka tidak mengeluh akan pelayanan imam Eli, tetapi mengenai anak-anaknya. Eli adalah hamba Tuhan yang sukses, tetapi ayah yang gagal. Kegagalannya menjadi seorang ayah akhirnya mendatangkan hukuman Allah bagi dirinya dan anak-anaknya.

Orang percaya memiliki berbagai panggilan ganda, baik di gereja maupun di rumah tangga. Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan. Sukses di gereja, tidak serta merta menjamin sukses di rumah. Kesuksesan di gereja tidak dapat menutupi kegagalan di rumah. Tuntutan bagi setiap kita adalah setia di gereja, juga harus setia di rumah, karena pada akhirnya setiap kita harus mempertanggungjawabkan kedua panggilan tersebut.

Ayo para ayah, didiklah anak-anak dalam takut akan Tuhan dan sesuai ajaran yang Yesus sampaikan. Jadilah bijak dalam mengatur waktu pelayanan dan waktu bersama keluarga sehingga panggilan Anda sebagai seorang ayah dapat terlaksana sesuai dengan apa yang Tuhan Yesus kehendaki.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda dapat menjaga keseimbangan dalam pelayanan di gereja dan di rumah?
  • Apa yang dapat dilakukan jemaat agar hamba-hamba Tuhan dapat memperhatikan rumah tangganya dan gereja dengan seimbang?