Bagikan artikel ini :

Bukan Orang Munafik

Matius 23:1-13

Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang;
- Matius 23:5a

Pada perikop ini kata “munafik” diulang delapan kali oleh Yesus yang ditujukan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Kata “munafik” berasal dari teater klasik Yunani kuno, dimana para aktornya disebut munafik. Pada waktu itu seorang aktor tunggal akan memainkan beberapa karakter berbeda menggunakan topeng untuk setiap karakter. Ketika beralih ke karakter yang lain, ia akan berganti topeng. Penonton tidak pernah benar-benar melihat wajah sang aktor yang bersembunyi di balik setiap topeng. Demikian pula para pemimpin agama Yahudi yang Yesus sebut sebagai orang munafik. Yesus memberikan sejumlah indikator orang munafik:

Pertama, apa yang terlihat tidak mencerminkan siapa diri seseorang sesungguhnya. Pemimpin Yahudi hanya berpura-pura. Semua pekerjaan yang mereka lakukan motivasinya agar dilihat dan dipuji orang. Mereka hanya berfokus pada tampilan lahiriah. Padahal penampilan batiniah jauh lebih penting daripada lahiriah, sebab yang lahiriah hanya sementara, tetapi yang batiniah bernilai kekal. Yesus tidak mengharapkan para pengikut-Nya menjadi sempurna, tetapi Dia memanggil kita untuk menjadi otentik, tampil apa adanya. Di Matius 23:27, Yesus menegur orang munafik dengan berkata, “... sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang …”

Kedua, seorang munafik tidak melakukan apa yang diajarkannya. Yesus berkata kepada orang banyak, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu.” (ay. 2-3a). Mendengar perkataan Yesus, mungkin awalnya orang-orang Farisi berpikir bahwa Yesus memihak dan mengakui kepemimpinan mereka. Ternyata Yesus masih melanjutkan: “Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya” (ay. 3b). Orang Farisi lebih mengutamakan aturan dan hukum daripada relasi kasih dan belas kasihan. Mereka mempersulit umat untuk datang kepada Allah dengan setumpuk hukum lain yang mereka tambahkan (ay. 13, 16-17).

Yesus mengharapkan kita sebagai pengikutnya tidak menjadi orang munafik. Dia berharap hidup kita merefleksikan ajaran-Nya sehingga jati diri kita sebagai pengikut Kristus terlihat otentik dan benar.

Refleksi Diri:

  • Mengapa Yesus sangat mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sebagai orang munafik?
  • Apa yang Anda akan buktikan sebagai pengikut Kristus sejati bukannya seorang yang munafik?