Bagikan artikel ini :

Cenat-cenut Tiap Ada Kamu

Kidung Agung 2:8-13

Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
- 1 Korintus 13:11

Coba ingat kali pertama Anda atau pasangan Anda datang apel (berkencan). Suatu momen mendebarkan. Anda mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk momen tersebut. Tidak ada hal yang dapat membatalkan kencan kecuali kiamat tiba-tiba datang. Bandingkan dengan sekarang (atau jika Anda belum menikah, beberapa tahun lagi) ketika Anda pulang sesudah hari yang penuh kesibukan. Apakah Anda menjadi makin lesu karena bertemu dengan pasangan di rumah? Demikian pula dengan Anda yang menunggu di rumah. Apakah Anda siap menyambut pasangan atau malah menyibukkan diri dengan hal-hal lain supaya tidak perlu bertemu dengannya?

Masa-masa pacaran merupakan masa yang penuh dengan keindahan. Saat akan bertemu sang kekasih, musim dingin kesendirian berlalu dan berganti dengan musim semi. Si gadis membandingkan sang raja yang datang mengapel dengan anak kijang yang melompat-lompat kegirangan. Bayangkan seorang laki-laki yang akan bertemu dengan kekasihnya, berlari menuju mobilnya dan segera menghidupkannya, kemudian ngebut sepanjang jalan. Ketika sampai di rumah pacarnya, ia mengetuk pintu. Ketika tidak ada jawaban, ia menengok ke jendela saking tidak sabar melihat kekasihnya. Apakah Anda segembira itu ketika melihat pasangan?

Anda yang sudah menikah mungkin kesulitan bahkan tidak bisa lagi merasakan sensasi ini. Tidak ada lagi “hati cenat-cenut”, “peluh menetes”, “lidah kelu”, “roma merinding”, atau “otak beku” seperti lagu group band SMASH. Wajar sih. Suatu penelitian neuroscience menunjukkan bahwa hormon-hormon yang di- produksi orang yang jatuh cinta sama dengan hormon-hormon yang dihasilkan ketika dalam bahaya, karena gejalanya sama. Justru suatu anugerah jika tidak terus-menerus merasakan sensasi ini. Bayangkan betapa menderitanya jantung Anda tiap kali melihat pasangan.

Tuhan Yesus menghendaki Anda dapat tetap mencintai pasangan Anda meski luapan emosi itu sudah tidak ada lagi. Hormon-hormon yang Tuhan ciptakan adalah “alat bantu” dalam memulai hubungan cinta, tetapi bukan cinta itu sendiri. Cinta yang dewasa adalah cinta yang tetap terekspresi meski hormon-hormon sudah tidak diproduksi lagi. Dapatkah Anda memeluk sang kekasih sesudah pulang kerja atau menyambutnya dengan kecupan, meski tanpa “cenat-cenut” di hati?

Refleksi Diri:

  • Apa yang Anda rasakan ketika melihat pasangan Anda? Mengapa Anda merasa demikian?
  • Kiat-kiat apakah yang dapat Anda upayakan untuk mengekspresikan cinta yang dewasa kepada pasangan? Mintalah agar Tuhan membantu Anda.