Bagikan artikel ini :

Di Balik Punggung Sang Kekasih

Kidung Agung 1:1-4

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
- Efesus 5:22

Semua hubungan yang baik selalu diawali dengan saling mengenal. Begitu juga dengan hubungan sepasang kekasih. Apa yang perlu dikenali?

Si gadis dalam bagian bacaan ini seolah mengatakan bahwa ia mengenal kekasihnya berdasarkan wangi parfumnya (ay. 3). Sebenarnya ia sedang membicarakan nama sang kekasih, bukan baunya. Di dalam dunia kuno, nama identik dengan karakter. Karakter baik akan melahirkan nama baik. Si gadis mengenal kekasihnya bukan hanya secara fisik, tetapi lebih pada karakter. Ia jatuh cinta bukan pada tampang, kekayaan, atau jabatan dalam pekerjaan, melainkan pada sifat-sifatnya. Seseorang yang bijak akan memilih berdasarkan aspek terpenting, yakni karakter. Itulah sebabnya Amsal 22:1 mengatakan bahwa nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar.

Karakter apa yang secara spesifik membuat hati sang gadis luluh? Di ayat 2, si gadis menempatkan diri sebagai pihak yang pasif dan kekasihnyalah yang akan menciumnya. Lalu ayat 4, si gadis mengatakan ingin berada di belakang kekasihnya. Kita melihat sang kekasih, yakni Raja Salomo, membawanya ke maligai-maligainya. Dalam tiga ayat ini, si gadis bersikap pasif sementara kekasihnya selalu yang berinisiatif dan memimpin hubungan mereka. Sebuah karakter spesifik yang harus dimiliki seorang suami adalah kepemimpinan.

Ini sejalan dengan perkataan Paulus yang mengatakan bahwa sebagaimana Kristus adalah kepala jemaat, demikian pula suami adalah kepala istri (Ef. 5:23). Ini bukan sekedar konteks patriakal zaman dahulu versus paham feminisme masa kini. Tuhan menghendaki suamilah yang menjadi kepala keluarga.

Kenyataannya, tidak semua pria memiliki kualitas pemimpin. Dalam kondisi seperti ini, pihak wanita harus seperti Gadis Sulam. Ia tidak langsung main cium kekasihnya, tidak pula berjalan di depan, dan pergi sendiri ke maligai Raja Salomo. Ia tidak mengambil peran kepemimpinan, melainkan menyatakan hasratnya agar kekasihnya berinisiatif.

Seorang wanita yang takut akan Tuhan tidak akan merampas hak kepemimpinan suaminya karena hak ini datangnya dari Tuhan. Sebaliknya, ia akan mendorong kekasihnya belajar memegang peran pemimpin sama seperti Kristus sebagai kepala gereja memimpin jemaat-Nya.

Refleksi Diri:

  • Karakter apa yang paling Anda kagumi dari pasangan Anda? Jika Anda kesulitan menjawab, kenalilah ia lebih dalam.
  • Sebagai suami, apakah Anda sudah bersikap sebagai pemimpin yang bertanggung jawab?