Bagikan artikel ini :

Jalan keluar atau keluar dari jalan?

Kejadian 16:1-6

Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
- Kejadian 16:2

Abraham mempunyai masalah besar dalam hidupnya, yaitu tidak punya anak. Sarai, istrinya mandul, padahal Tuhan sudah berjanji memberikan kepada mereka keturunan. Tuhan sebetulnya hanya ingin Abram dan Sarai sabar menunggu janji-Nya tergenapi seturut waktu-Nya.

Setelah sepuluh tahun menunggu, anak yang ditunggu dan dijanjikan Tuhan tidak kunjung datang. Sarai dan Abram mulai terpikir mencari jalan keluar sendiri. Saat itu di Mesopotamia, seorang istri yang mandul akan membiarkan pelayannya melahirkan anaknya. Anak-anak dari pelayan dianggap sebagai anak sang istri.
Terlepas kebiasaan pada saat itu, usaha Abram dan Sarai untuk memperoleh anak melalui Hagar bukan merupakan cara Allah (bdk. Kej 2:24).

Alkitab Perjanjian Baru menyamakan putra Hagar dengan hasil usaha manusia, “diperanakkan menurut daging” dan bukan “menurut Roh” (Gal. 4:28-29). Akibatnya, yang diperanakkan menurut daging menganiaya yang diperanakkan menurut roh, sampai sekarang. Apa yang nampaknya jadi jalan keluar bagi Sarai justru keluar dari jalan. Sarai akhirnya menderita karena keputusannya. Ia dicela dan direndahkan oleh Hagar (ay. 4).

Tuhan selalu menyediakan jalan keluar tapi manusia suka keluar dari jalan. Untuk memperoleh kecukupan dan ketenangan jiwa, pada saat dilanda kekurangan kebutuhan hidup maka bersabarlah menunggu jalan Tuhan. Untuk memperoleh jalan keluar dari kesulitan yang menghadang, berdoa dan bersabarlah menunggu hikmat dari Tuhan. “…karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.” (Pkh. 10:4c)

Saudaraku, coba renungkanlah kembali, memang tidak semua, tapi kebanyakan kesusahan dan kesulitan yang kita hadapi adalah karena kita salah dalam memaknai jalan keluar yang disediakan Tuhan. Kita malah sebetulnya sedang keluar dari jalan yang ditentukan Tuhan Yesus.

Seorang bijak berkata, “Jika Anda sedang senang tanpa masalah berarti gunakanlah banyak-banyak perasaan Anda. Namun, jika Anda sedang mengalami kesulitan gunakanlah banyak-banyak akal budi Anda, sehingga engkau tidak keluar dari jalan dan menemukan jalan keluar yang tepat.”
“Pak, kalau jalannya buntu semua, gimana?” Ingatlah Tuhan Yesus pernah berkata, “Akulah jalan.” Sekarang, maukah Anda percaya kepada-Nya?

Salam jalan keluar.

Refleksi Diri:

  • Pernahkah Anda salah memilih jalan keluar yang disediakan Tuhan sehingga malah keluar dari jalan?
  • Apa yang Anda lakukan untuk kembali ke jalan yang Tuhan tunjukkan?