Bagikan artikel ini :

Kita Bukan Pengkhayal

Yesaya 40:12-31

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
-Yesaya 40:29

Saya acapkali memberikan pelayanan di rumah duka. Pada saat kedukaan banyak orang bersedih hati, apalagi jika kehilangannya datang mendadak. Di dalam kondisi kesedihan yang mendalam, berharap bukan sesuatu yang mudah bagi mereka yang ditinggalkan. Terkadang berharap kepada Tuhan menjadi seperti angin yang lalu begitu saja, tak ada yang bisa ditangkap, tidak terjadi apa pun.

Seorang ateis bernama Richard Dawkins mengatakan bahwa orang-orang yang percaya Tuhan adalah para pengkhayal. Apakah betul ketika kita berharap kepada Tuhan, menanti dalam waktu yang lama dan tidak terjadi apa-apa, sebenarnya kita hanyalah para pengkhayal? Apakah kita mengharapkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada?

Orang Israel di dalam kesulitannya mencoba mencari alternatif selain Allah karena mereka merasa hidup terlalu sulit dan pertolongan tak kunjung datang. Pertama, mereka menyamakan Allah dengan berhala-berhala yang disembah oleh bangsa lain (ay. 18). Kedua, mereka memandang Allah pada posisi yang sama dengan mereka. Mereka menganggap Allah bisa melupakan mereka. Allah terkadang tidak mampu menolong mereka, punya keterbatasan, dan bisa melupakan janji-janji-Nya. (ay. 27).

Di tengah situasi tersebut, Nabi Yesaya membawa Israel untuk melihat kembali dengan benar Allah yang mereka percayai dan mereka tidak pernah salah untuk berharap kepada Allah. Pertama, ia berkata Tuhan adalah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung (ay. 28a). Allah selalu eksis, yang tidak kenal kemustahilan. Kedua, Allah tak terbatas kekuatan-Nya. Dia tidak menjadi lelah dan lesu (ay. 28b). Ketiga, Allah yang terlalu ajaib. Dia tidak terduga pengertian-Nya, rencana-Nya ajaib (ay. 13-14). Keempat, Allah peduli, sekaligus memberi kepastian (ay. 29-31).

Inilah Allah yang sebenarnya. Allah adalah Tuhan yang sempurna. Allah yang tidak ada bandingannya, tak ada cacat dan salahnya. Berharap kepada Allah bisa pudar bukan karena salah Allah, tetapi pandangan kita yang terlalu rendah terhadap Allah. Kita bukan pengkhayal ketika percaya kepada Allah dalam pergumulan terberat sekalipun. Belum melihat apa-apa hari ini tidaklah masalah, tetaplah percaya Tuhan Yesus selalu memperhatikan dan memegang hidup Anda.

Refleksi Diri:

  • Apa yang menyebabkan Anda mulai hilang kepercayaan kepada Tuhan?
  • Saat sedang dalam pergumulan berat, apa yang Anda lakukan supaya dapat tetap berharap kepada Tuhan?