Bagikan artikel ini :

Komitmen Memegang Perjanjian

Kejadian 24:1-67

Tetapi Abraham berkata kepadanya: “Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana.
- Kejadian 24:6

Pasal yang panjang ini menceritakan bagaimana Abraham mengutus hamba kepercayaannya ke negeri asalnya untuk mencari jodoh bagi Ishak. Melalui perjalanan panjang, sang hamba akhirnya berhasil dan kembali bersama Ribka untuk dipersuntingkan dengan Ishak menjadi istrinya.

Kita perlu waspada karena pasal ini tidak mengajarkan tentang bagaimana menemukan jodoh. Inti kisah ini bukan tentang mencari pasangan, tetapi tentang kesetiaan umat Allah dalam memegang perjanjian Allah. Tokoh utama dalam cerita ini ada tiga: Abraham, hamba Abraham, dan Ribka. Ishak hanya menjadi latar belakang saja. Ia hanya muncul di bagian akhir dari pasal ini.

Abraham sudah tua dan ingin anaknya Ishak berkeluarga. Jodoh bagi Ishak harus datang dari kaum keluarganya sendiri. Ketentuan ini bukan karena ras, budaya, atau bahasa, tetapi komitmen Abraham untuk memegang perjanjian dengan Allah. Keluarga yang dibentuk oleh Ishak haruslah keluarga orang beriman. Ishak tidak dapat mengambil istri dari wanita-wanita lokal (sekali lagi bukan karena perbedaan ras, budaya, dan bahasa) karena mereka tidak seiman dan tidak sepanggilan dengan umat Allah.

Maka kuncinya adalah wanita itu harus orang beriman dan sepanggilan. Wanita itu harus bersedia meninggalkan sanak keluarganya dan datang ke Tanah Perjanjian. Sebagaimana Abraham telah dipanggil keluar dan meninggalkan kaum keluarga yang menyembah berhala, wanita yang akan menjadi istri Ishak haruslah bersedia keluar dari sanak keluarganya dan menjadi penyembah Allah saat tiba di Tanah Perjanjian. Jika wanita itu tidak mau, Abraham menegaskan bahwa Ishak tidak boleh dibawa kembali ke negeri asalnya. Perjanjian dengan Allah tidak boleh dikorbankan demi Ishak berkeluarga.

Baik hamba Abraham dan Ribka akhirnya menuruti prinsip ini. Ia menunaikan tugasnya dengan berdoa dan memberitahukan prinsip ini kepada Laban. Ribka pun menunjukkan komitmennya kepada perjanjian Allah. Ia tidak menunda-nunda tetapi bersedia segera meninggalkan sanak keluarganya untuk datang ke Tanah Perjanjian.

Marilah kita memegang komitmen dalam mendidik dan membangun keluarga sesuai ajaran dan nasihat Tuhan (Ef. 6:4). Khususnya juga memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai pribadi yang bisa menyelamatkan masing-masing anggota keluarga.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana komitmen Anda untuk mendasarkan keluarga pada perjanjian Allah?
  • Pikirkan satu atau dua cara kita dapat menunjukkan komitmen tersebut!