Bagikan artikel ini :

Kunci Dan Gembok Yang Baik

Kidung Agung 2:5-7
Janganlah kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!
- Kidung Agung 2:7b

Sebuah teori disebut Teori Kunci dan Gembok, mengatakan demikian: mengapa laki-laki boleh menggumbar nafsu seks sementara wanita tidak? Karena laki-laki seperti kunci dan wanita seperti gembok. Kunci yang bisa membuka gembok disebut master key, tetapi gembok yang bisa dibuka oleh apa pun adalah gembok yang jelek. Inilah budaya sejak zaman dulu sampai detik ini. Beberapa budaya sampai melakukan praktik memutilasi bagian-bagian tertentu dari tubuh wanita untuk menghilangkan kesensitifannya (disebut female genital mutilation atau sunat perempuan). Pesannya jelas: wanita baik adalah yang tidak punya gairah seks.

Tidak demikian dengan gambaran Kidung Agung. Si gadis sedang sakit asmara. Ia ingin tangan kiri kekasihnya di bawah kepalanya dan tangan kanannya memeluknya, sebuah posisi yang hanya bisa terjadi kalau mereka berbaring dengan sang raja di sebelahnya. Seperti dalam ayat-ayat sebelumnya, ini adalah hasrat si gadis untuk mengkonsumsi cinta mereka. Apakah ini tindakan tercela? Tidak! Justru aneh sekali kalau seorang wanita tidak memiliki hasrat seksual kepada suaminya. Namun, si gadis ingat bahwa ia tidak boleh “menggerakkan cinta sebelum diingininya” (ay. 7). Mereka belum menikah. Ia harus menahan diri sampai waktunya. Inilah wanita baik menurut Alkitab: wanita yang memiliki hasrat seks yang sehat terhadap suaminya, tetapi menjaga dirinya sampai saat yang tepat.

Bagaimana dengan sang raja? Tidak ada perkataan apa pun. Ini menyiratkan bahwa sang raja tidak memanfaatkan hasrat si gadis, lebih-lebih memaksanya untuk memuaskan diri sendiri. Padahal sebagai raja, ia berhak melakukan apa saja. Namun, ia menunggu waktu menikmatinya (4:1-5:1). Waktunya bukan sekarang.

Bagian tulisan ini revolusioner pada masa itu, bahkan sampai sekarang. Wanita boleh memiliki hasrat tapi harus mengendalikannya dan pria tidak boleh mengumbar hasratnya melainkan harus menjaga kekasihnya sampai pada waktunya.

Sebelum pernikahan, bukti kesetiaan Anda kepada pasangan adalah dengan menjaga kesucian satu sama lain. Sesudah pernikahan, baik suami maupun istri harus memiliki hasrat untuk menjadi satu dan hasrat ini tidak boleh sepihak. Suatu prinsip Alkitab yang sangat penting dan sebuah kewajaran yang Tuhan kehendaki sejak awal penciptaan.

Refleksi Diri:

  • Baik sebagai pria atau wanita, bagaimana selama ini Anda memandang seksualitas? Apakah ada miskonsepsi yang justru membuat Anda tidak bisa memandang diri secara utuh?
  • Bagaimana prinsip dalam Kidung Agung ini Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari? Apakah Anda sebagai mempelai Kristus memiliki hasrat yang besar kepada-Nya?