Bagikan artikel ini :

Menapaki Jalan Kerendahan Hati

Yohanes 13:1-17

Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.
-Yohanes 13:14

Kita mengenal sistem kasta di dalam masyarakat India. Empat kasta terdiri dari Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra adalah kasta yang diakui mereka. Namun, masih ada satu lagi kasta yang tidak dimasukkan ke daftar tersebut, yaitu yang dianggap paling rendah, disebut Dalit. Dalam bahasa Sansekerta, Dalit memiliki arti “yang tertindas”.

Orang dari kasta Dalit masih ada sampai hari ini. Mereka dianggap mencemari masyarakat Hindu sehingga hanya dijatah pekerjaan paling kotor dengan gaji terendah. Orang yang menyentuh fisik orang Dalit dianggap tercemar, dikenal sebagai praktik untouchability. Meskipun praktik ini sebenarnya sudah dilarang dalam UU di India sejak tahun 1965, tapi tetap saja di lapangan masih terjadi. Ada saja orang-orang dari keempat kasta di atas tidak mau menyentuh mereka.

Peristiwa Tuhan Yesus membasuh kaki sangat langka terjadi. Mungkin banyak yang sudah tahu bahwa membasuh kaki di zaman dulu hanya dikerjakan para budak. Tapi pekerjaan itu tidak dilakukan oleh semua budak karena dipandang sangat rendah. Sangking rendahnya tidak ada budak Israel yang mau melakukannya. Sangat hina, hanya budak kafir yang dianggap paling rendah yang melakukannya.
Orang yang dibasuh kakinya berarti dianggap derajatnya lebih tinggi daripada yang membasuh. Ada perbedaan derajat yang sangat jelas. Namun, Yesus melakukannya untuk menunjukkan bahwa semua manusia sama dihadapan-Nya.

Kerendahan hati adalah memperlakukan sesama sebagai manusia yang sama seperti diri kita. Hukum kedua dari hukum yang terutama adalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:39). Yesus membalikkan pandangan bahwa budak terendah yang membasuh kaki juga berharga di mata-Nya. Jadi, saat Yesus membasuh kaki para murid, Dia seperti menghancurkan tembok-tembok kesombongan, batas-batas kasta.

Melayani orang yang lebih kurang dari kita bukan berarti kita sedang melayani orang yang derajatnya lebih rendah. Mereka juga sama, manusia yang sederajat. Kita tidak patut berbangga karena telah menempatkan diri ke bawah. Kita selayaknya bersyukur karena Tuhan Yesus sudah melayani kita, bahkan berkorban untuk kita. Memandang dan memperlakukan orang lain haruslah sama sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Refleksi Diri:

  • Mengapa Tuhan Yesus mengajarkan kerendahan hati?
  • Apa yang seringkali membuat orang Kristen memandang rendah orang lain?