Bagikan artikel ini :

Milikku, Milikmu Juga!

Kidung Agung 6:11-12

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.
- Kisah Para Rasul 2:44

Seorang teman di SMA, sebut saja Ani, selalu pulang-pergi sekolah naik antar-jemput. Ia harus berpanas-panas dan berdesakan dengan teman-teman lainnya. Suatu kali, kami melihat Ani dijemput mobil mewah. Seorang mahasiswa membukakan pintu untuknya. Uhui! Ini berlangsung setiap hari dalam jangka waktu lama, sampai-sampai kami menyebut mobil itu “mobilnya Ani”, bukan “mobil pacarnya Ani”. Jadi, bayangkan betapa kagetnya kami ketika suatu kali melihat Ani kembali naik antar-jemput!

Inilah yang dialami si istri. Sebagai penjaga kebun yang sederhana, ia biasa berjalan kaki kemana-mana. Sewaktu menjadi istri Salomo, ia selalu naik kereta mewah. Kereta suaminya adalah keretanya juga. Jadi, ketika mereka bertengkar, tidak ada lagi pria yang memacu kereta kuda sambil memeluknya agar tidak jatuh. Kembali seperti ketika menjadi penjaga kebun, ia harus berjalan kaki mencari suaminya.

Namun, ketika rujuk kembali dengan suaminya, ia berada di atas kereta kuda lagi. Salomo membawanya pulang ke istana di atas kereta kuda yang megah. Seantero penghuni Yerusalem menyoraki raja dan ratu mereka, sebagaimana kami menyoraki Ani ketika ia naik mobil pacarnya lagi sesudah mereka rujukan. Kepunyaan seseorang adalah kepunyaan kekasihnya juga.

Biasanya, suami akan memercayakan pendapatannya kepada istri yang akan mengelolanya. Sangat baik jika Anda dan pasangan telah menerapkannya. Tentu, ini bukan berarti suami boleh mengabaikan manajemen keuangan. Istri pun harus selalu berdiskusi tentang penggunaan uang mereka. Intinya, ada rasa percaya antara keduanya untuk menggunakan milik bersama dengan baik.

Hal serupa terjadi dalam pengelola keuangan gereja. Gereja harus mengatur setiap persembahan yang masuk dan tidak boleh sembarangan menggunakan uang yang ada. Gereja harus selalu bergumul dengan Tuhan bagaimana memakai uang yang Tuhan Yesus percayakan dengan bijak.

Bagaiman jika istri juga berkarier? Arek Suroboyo berkata, “Pekmu, pekku. Pekku, pekku dewe.” (milikmu adalah milikku, milikku adalah milikku sendiri). Seringkali pendapatan istri hanya untuk dirinya sendiri. Ini tidak benar. Pendapatan istri harus dimasukkan juga ke dalam kas keluarga.

Tidak hanya kesatuan visi, jiwa, dan tubuh yang Tuhan tuntut. Tuhan Yesus pun menghendaki kesatuan kepemilikan. Mari berkaca pada Dia dengan gereja-Nya.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana cara Anda selama ini mengelola keuangan dalam keluarga?
  • Pernahkah Anda meluangkan waktu untuk mendiskusikan hal ini dengan pasangan?