Bagikan artikel ini :

Pemuas Rasa Lapar dan Haus

Matius 5:1-12

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
- Matius 5:6

Kelaparan dan kehausan adalah kondisi seseorang berkekurangan. Kita berusaha keras tidak mengalaminya karena kelaparan dan kehausan adalah perwujudan dari kekosongan dan adanya kebutuhan mendasar yang tidak terpenuhi. Namun, Yesus justru menyatakan bahwa Allah memberkati hal-hal yang paling kita hindarkan ini. Mengapa demikian?

Kita umumnya berpikir bahwa menjadi orang benar adalah syarat untuk diberkati dan berbahagia. Namun bagi Yesus, syarat untuk seseorang bisa menerima berkat kebenaran adalah memiliki rasa lapar dan haus. Syarat ini begitu mendasar karena sebagai orang berdosa kita seringkali tidak lagi merindukan kebenaran. Seperti Adam dan Hawa yang menginginkan apel yang tampaknya indah, baik, dan memuaskan, tetapi pada akhirnya menghancurkan, kita pun cenderung lebih menyukai makanan semacam itu.

Kita memilih kecanduan junk food sebagai makanan utama jiwa, seperti junk food pornografi di internet, junk food film-film atau game-game yang sarat kekerasan. Kita menghabiskan banyak sumber daya untuk menunjang kecanduan
kita. Beberapa tahun lalu muncul berita tentang seorang gamer di Indonesia yang menghabiskan Rp. 900 Juta untuk membeli sebuah item langka di sebuah game. Sekali kita kecanduan sesuatu maka tingkat ketidakpuasannya akan terus meningkat, yang membuat kita semakin terikat pada hal tersebut.

Terkadang, cara Tuhan menolong mengeluarkan kita dari kecanduan yang tidak sehat dan tidak memuaskan adalah dengan membiarkan kita merasa lapar. Selama masa pengembaraan orang Israel di padang gurun, Musa menyatakan tentang hal ini, “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.” (Ul. 8:3). Kebenaran harus pertama-tama menjadi hadiah yang diberikan sebelum bisa dipraktikkan. Namun, orang yang dapat menerima kebenaran hanyalah ia yang menyadari kekosongan dirinya dan mau dipuaskan oleh Tuhan Yesus. Ketika hal ini terjadi, secara perlahan-lahan kebenaran akan memuaskan dahaga dan mengubahnya dari dalam sehingga ia menjadi semakin serupa Kristus.

Refleksi Diri:

  • Rasa lapar dan haus seperti apa yang ada di dalam hati Anda? Apakah lapar dan haus akan kebenaran Tuhan?
  • Kemana Anda biasanya mencari pemuasan akan rasa lapar dan haus tersebut?