Bagikan artikel ini :

Pengharapan di Tengah Kesukaran

Mazmur 77:1-21; 103:2

Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.
- Mazmur 77:12-13

Dalam buku, A Grief Observed, C.S. Lewis menuliskan pengalaman krisis imannya ketika sang istri, Helen Joy Davidman, meninggal akibat kanker. Lewis sangat terbuka membahas isu kematian, pernikahan, dan iman. Katanya, “Hanya taruhan sebesar itulah yang bisa menggoncangkan seseorang seperti aku keluar dari pemikiran verbalnya dan khayalannya.” Ia berseru kepada Tuhan tapi Dia seolah-olah tak menjawab. Lalu Lewis mulai meragukan Tuhan tapi setelah melewati pergumulan panjang, akhirnya ia kembali dan percaya kepada Tuhan.

Mazmur 77 ini diawali keluhan-keluhan dukacita tapi diakhiri penghiburan. Seorang rabi Yahudi pernah berkata bahwa Mazmur ini menggunakan dialek orang- orang tawanan dan dipercaya ditulis semasa pembuangan di Babel. Pemazmur mengeluhkan soal kesulitan dan penderitaan umat Tuhan karena penawanan. Ini membuatnya tergoda untuk tidak lagi berharap kepada Tuhan (ay. 2-11). Kemudian ia membesarkan hatinya untuk berharap bahwa semuanya baik-baik saja pada akhirnya.

Apa yang membuat pemazmur tetap memiliki pengharapan di tengah kesukaran? Pertama, pemazmur mengingat pekerjaan-pekerjaan Allah di masa lalu. Pemazmur mengajak pembacanya mengingat kesetiaan Tuhan dan kesanggupanNya menolong Israel melewati kesulitan yang pernah dihadapi (ay. 12). Ini akan menjadi obat ampuh untuk melawan ketidakpercayaan terhadap janji dan kebaikan Allah di masa kini dan yang akan datang. Ketika menghadapi kesulitan dan pencobaan, ingatlah pertolongan dan kasih Allah yang pernah kita alami. Hal itu akan memperkuat iman kita.

Kedua, pemazmur tetap percaya kepada Allah. Ia menyatakan imannya kepada Allah bahwa tidak ada ilah lain yang sebanding dengan Allah Israel yang Mahabesar dan Mahakuasa (ay. 14-15). Pemazmur percaya Allah Mahakuasa telah membawa Israel keluar dari Mesir. Dia membelah Laut Teberau di hadapan umat-Nya sehingga mereka dapat berjalan di tanah yang kering. Dia membinasakan orang Mesir dan para prajurit Firaun di lautan. Dia membimbing umat Israel dan melindungi mereka di padang gurun dengan tiang awan dan tiang api serta memberikan air dan makanan.

Pada saat kita menghadapi kesulitan, pencobaan, dan ujian, tetaplah percaya kepada Allah sebab Dia sanggup menolong kita.

Refleksi Diri:

  • Apa yang membuat pemazmur tetap bertahan dalam iman dan pengharapan sekalipun Tuhan tidak menjawab doanya?
  • Bagaimana Anda akan tetap memercayai Allah sekalipun di tengah kesulitan?