Bagikan artikel ini :

Saling Membasuh Kaki

Yohanes 13:1-17

Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.
- Yohanes 13:14

Tindakan Yesus membasuh kaki para murid sebenarnya menggelisahkan hati para murid karena tindakan tersebut sangat tidak wajar pada masa itu. Mengapa? Di Timur Tengah kuno, jalan-jalan masih sangat berdebu sehingga kaki akan menjadi kotor ketika melakukan perjalanan. Sesampai di rumah, kaki akan dibasuh supaya bersih dari kotoran. Pembasuhan kaki biasanya dilakukan oleh para budak atau orang yang paling muda, bisa anak atau istri. Atau kemungkinan yang lain, pembasuhan kaki juga bisa dilakukan oleh tuan rumah (host) sebagai simbol dari hospitality, yakni suatu sikap penerimaan terhadap tamu.

Apa yang dilakukan Tuhan Yesus pada perikop ini adalah suatu perbuatan yang tidak lazim. Suatu tindakan yang kontradiktif. Sepatutnya, murid yang membasuh kaki sang guru atau budak yang membersihkan kaki tuannya. Tak heran Petrus mempertanyakan tindakan Yesus, “Mengapa Engkau yang adalah Tuhan membasuh kaki kami?” (ay. 6) Yesus malah menjawab, “Jika Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” (ay. 8).

Jadi, apa makna yang terkandung dari tindakan Yesus membasuh kaki para murid? Pertama, menunjuk pada spiritual cleansing (penyucian secara rohani) dari dosa melalui kematian Yesus Kristus di atas kayu salib. Tujuannya supaya murid-murid mendapatkan bagian di dalam Kristus. Hanya melalui pembasuhan ini, kita dilayakkan menjadi milik Kristus (1Yoh. 1:7).

Kedua, agar mereka mendapat bagian warisan, dalam bahasa Yunani menggunakan kata “meros”. Kata ini biasanya ditujukan pada konsep mewarisi tanah perjanjian atau berkat yang bersifat eskatologis (berkaitan dengan akhir zaman; lih. Luk. 15:12; Mat. 24:51; Why. 20:6), sebuah janji bahwa mereka yang dibasuh kakinya akan mendapatkan bagian di rumah Bapa bersama Kristus (Yoh. 14:3; 17:23).

Ketiga, Yesus ingin memberi teladan kerendahan hati kepada para murid agar merendahkan hati dan saling melayani di antara mereka (ay. 3-5; 14-17). Marilah miliki gaya hidup seperti Yesus yang rela berkorban dengan memberikan nyawa-Nya ganti hukuman dosa kita.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda meneladani Kristus dalam hal mengorbankan diri demi kepentingan orang lain?
  • Apa komitmen yang ingin Anda buat untuk bersikap lebih rendah hati bagi orang lain seperti Kristus?