Bagikan artikel ini :

Seperti Singa Yang Menggeram

Mazmur 1

Berbahagialah orang yang …. kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
- Mazmur 1:1-2

Aktivitas merenungkan (meditate) seperti yang terdapat di Mazmur 1:2 merupakan disiplin rohani, sarana anugerah Allah untuk memproses kita menjadi semakin serupa Dia. Namun memang, aktivitas merenungkan berlawanan dengan budaya masa kini dimana orang-orang memacu hidup dengan cepat se- hingga membaca pun dilakukan dengan sangat kilat, sekilas saja di permukaan.

Padahal saat merenungkan, kita menatap sesuatu dalam waktu lama dengan penuh kasih. Kita berusaha mencari harta karun dan kebenaran dari apa yang kita tatap. Hal ini berbeda sekali dengan konsep bermeditasi yang biasa digunakan oleh agama-agama Timur yang fokusnya adalah mengosongkan diri. Di dalam Kekristenan, merenungkan (atau bermeditasi) justru berfokus pada membangun relasi dengan Allah dengan cara membuka pikiran kita kepada Dia, dunia-Nya, serta kehadiran-Nya di bumi ini.

Teolog Eugene Peterson memberi penjelasan unik tentang merenungkan. Ia menunjukkan bahwa istilah bahasa Ibrani “merenungkan” pada ayat di atas adalah hagah. Istilah hagah digunakan pula pada kata “menggeram” dalam Yesaya 31:4a, “Sebab beginilah firman TUHAN kepadaku: Seperti seekor singa atau singa muda menggeram untuk mempertahankan mangsanya.”

Peterson mengatakan ketika seekor anjing mengunyah tulang, anjing itu kerap menggeram karena ia sangat menikmatinya. Istilah hagah dipilih oleh orang-orang Yahudi untuk menjelaskan tentang cara membaca tulisan yang berhubungan dengan jiwa kita. Peterson melanjutkan, sekadar “merenungkan” sebetulnya merupakan istilah yang terlalu jinak untuk menjelaskan makna sejati dari hagah. Istilah “merenungkan” mungkin lebih tepat digunakan untuk menggambarkan suasana di chapel yang hening ketika kita berlutut menghadap lilin yang menyala di altar. Namun, singa-nya Yesaya dan anjing “merenungkan” dengan cara mengunyah dan menelan, menggunakan gigi dan lidah, perut serta usus.

Marilah kita merenungkan firman Tuhan sampai kita bisa menggeram ketika melumat dan merasakan hidangan yang memberi energi dan membuat “meneteskan air liur” ketika mengalami kerenyahan dari kata-kata Firman, seperti yang dikatakan pemazmur, “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!” (Mzm. 34:9). Kita akan rugi sekali jika hanya membaca firman untuk sekadar memasukkan informasi ke sel-sel otak kita.

Refleksi Diri:

  • Apakah selama ini Anda membaca Firman sekadar untuk membaca informasi atau begitu menikmatinya seperti singa yang menggeram?
  • Mohonkan pertolongan Tuhan untuk menjadikan firman begitu hidup, nikmat, dan memuaskan dahaga jiwa.