Bagikan artikel ini :

Crossing The Borderline (Menembus Batas)

Nehemia 4:6; 15-23

EKSPRESI PRIBADI

Bola lampu merupakan salah satu penemuan terpenting umat manusia. Bayangkan, betapa repotnya jika hari ini kita hanya mengandalkan cahaya bulan, lilin atau lentera untuk penerangan di malam hari. Namun, tahukah siapa penemu bola lampu sebenarnya? Sejumlah referensi menyebut nama ilmuwan Amerika Serikat, Thomas Alva Edison sebagai sang penemu bola lampu. Thomas Alva Edison lahir di Milan, Ohio, 11 Februari 1847 dan wafat pada 18 Oktober 1931 saat berusia 84 tahun. Dalam menemukan bola lampu, Edison harus melewati beribu-ribu eksperimen. Untuk membuatnya berfungsi sesuai kebutuhan manusia yang mana lebih efektif dalam hal penggunaan energi listrik. Bisa dibilang, ia harus mencoba komponen satu persatu mulai dari kacanya, kawat, seberapa kuat segelan saklarnya, dan hal-hal detail lain. Tentu ini memakan waktu hingga membuatnya harus melakukan uji coba sebanyak ribuan kali. Selama masa hidupnya, ia dianggap sebagai penemu, ilmuan, serta pengusaha sukses. Ia sudah mengantongi  sekitar 1.093 hak paten untuk berbagai hasil temuannya. [kutipan dari: https://www.tokopedia.com/blog/biografi-thomas-alva-edison-edu/]

Ada satu hal yang kita bisa pelajari dari pengalaman hidup seorang yang sukses seperti Thomas Alva Edison, yaitu: Semangat Pantang Menyerah merupakan elemen penting dalam menembus batasan  kesulitan demi kesulitan dalam kehidupan ini (crossing the borderline)

Melalui Care Group ini, mari kita berdiskusi lebih jauh akan semangat perjuangan yang pantang menyerah dari bangsa Israel di bawah kepemimpinan Nehemia dalam menembus batasan kesulitan demi kesulitan sampai akhirnya sukses membangun kembali tembok kota Yerusalem (Nehemia 4:1-23)

EKSPLORASI FIRMAN

  1. Bersyukurlah untuk setiap kesulitan yang diijinkanNya

                Tidak ada hidup yang tanpa masalah dan kesulitan, baik itu yang datangnya dari dalam maupun dari luar diri kita. Tetapi, kita perlu menyadari juga bahwa tidak ada sesuatu apapun yang terjadi di dalam hidup kita tanpa seijin Tuhan Allah yang maha kuasa. Sebagaimana hadirnya sebagian orang (Sanbalat, Tobia, dll) yang diijinkan Tuhan menjadi penentang bagi proses pembangunan kembali tembok kota Yerusalem, merupakan kesulitan tersendiri bagi Nehemia dan tim kerjanya. Namun, apa yang terjadi, mereka terus membangun tanpa menyerah karena mereka percaya bahwa Tuhan beserta dengan mereka, sebagaimana dituliskan: “Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati” (Neh 4:6). Mereka memang mengalami situasi yang negatif, tetapi sikap hati mereka kompak untuk memandangnya secara positif. Mereka tetap bekerja dengan segenap hati dan bukan bersunggut-sunggut. Tuhan tidak suka umatNya melakukan segala sesuatu dengan mengerutu. Tuhan tidak pernah

berkenan memberkati orang yang hidupnya penuh keluh kesah. “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersunggut-sunggut dan berbantah-batahan” (Filipi 2:14), tetapi sebaliknya “mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (I Tes 5:18)

  1. Berserulah untuk memohon pertolonganNya

Telinga Tuhan tidak tuli untuk mendengarkan setiap doa umatNya. Tuhan tidak pernah tertidur (Gusti Allah ora sare). Datang kepada Tuhan, berseru kepada Allah adalah tindakan yang tepat yang perlu dilakukan dengan penuh kesungguhan. Itulah yang dilakukan oleh Nehemia dan timnya, “tetapi kami berdoa kepada Allah kami” (Neh. 4:9). Mengapa? Sebab dalam perjuangan hidup ini, memang ada bagian kita, tetapi yang terpenting di atas segala bagian kita adalah bagian Tuhan. Jika Tuhan tidak memberikan kekuatan pada kita, maka kita tidak akan pernah sanggup. Apalagi begitu banyak “serangan-serangan” dari kanan dan kiri kita yang seringkali melemahkan semangat juang kita, sebagaimana juga yang dialami oleh tim Nehemia: “tak sanggup kami membangun tembok ini” (Neh 4:10). Tetapi, tidak ada yang mustahil bagi orang yang mengandalkan kekuatan Tuhan (baca: berdoa), sebab “Allah kita akan berperang bagi kita!”(Neh 4:20).

  1. Bertahanlah untuk menyaksikan keajaibanNya

Pemazmur berkata, “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.” (Mzm 126:5-6). Demikian juga akhirnya, tim Nehemia berhasil setelah mereka akhirnya bertahan sampai tembok tersebut terbangun seluruhnya. Seberapa hebat pun serangan si jahat dan dunia ini yang mencoba untuk mengagalkan rencana baik Allah atas hidup umatNya, sejauh umat Allah mau bertahan hingga pada akhirnya, maka kita akan menyaksikan keajaiban Tuhan atas hidup kita. Kita bisa saja kalah dalam pertempuran-pertempuran kecil, tetapi kita akan menyaksikan kemenangan di akhir peperangan besar kita (we may lose the battle, but we will win the war). Alkitab mencatat kemenangan akhir yang diperoleh oleh mereka yang bertahan hingga akhir, yaitu keajaiban Tuhan nyata. “Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari” (Neh 6:15).[CK]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa kunci rahasia kesuksesan Nehemia dalam membangun kembali tembok Yerusalem? Prinsip-prinsip apa yang ia pegang?

Penerapan

Adakah janji-janji Firman Tuhan yang dapat dijadikan dasar untuk ucapan syukur dan doa Anda agar dapat tetap bertahan dalam menantikan keajaiban Tuhan yang akan terjadi atas hidup Anda?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.