Bagikan artikel ini :

Walking with God (berjalan bersama Tuhan)

Matius 14:22-33

EKSPRESI PRIBADI

Ketika kita berjalan menuju suatu tempat yang cukup jauh, akan lebih menyenangkan jika ada teman di dalam perjalanan kita. Kita akan merasa tenang, nyaman, aman, dan walaupun perjalanan panjang dan jauh kita tidak akan merasa lelah. Tanyakan di dalam Care Group apa keuntungan kita berjalan bersama?

EKSPLORASI FIRMAN

Seringkali hidup ini digambarkan dengan sebuah perjalanan. Perjalanan di mulai pada saat kita lahir, dan berakhir ketika kita meninggal dunia. Di dalam perjalanan hidup ini, bukanlah sebuah perjalanan yang lurus, dan tanpa rintangan, tetapi justru di dalam perjalanan hidup yang kita jalani Tuhan izinkan terdapat berbagai macam rintangan, dan tikungan tajam. Ada kala perjalanan kesehatan kita yang menemui jalan terjal, keluarga kita yang terkena badai yang besar, perjalanan bisnis kita menemui kerikil-kerikil tajam, dll. Inilah realita yang harus kita sama-sama jalani meskipun sebagai anak-anak Allah. Tetapi janji Tuhan kepada kita bahwa Dia akan selalu menyertai kita, di dalam perjalanan hidup kita, baik ketika kita menginjak “kerikil tajam” yang membuat kita kesakitan, baik ketika kita berhadapan dengan “tingkungan dan jalan terjal” yang membuat kita panik, ataupun ketika kita ada di tengah badai yang besar sekalipun. Di dalam Matius 14:22-33 merupakan kisah perjalanan murid-murid pertama kali tanpa Guru mereka (secara fisik) karena pada saat setelah Tuhan Yesus memberikan makan kepada 5000 orang, Tuhan memerintahkan murid-murid-Nya untuk menyebrang Danau Galilea (kurang lebih lebarnya hampir mencapai 10 km dengan panjang hampir mencapai 26 km), sedangkan Tuhan Yesus pergi untuk berdoa. Di dalam perjalanan, perahu yang ditumpangi oleh murid-murid diombang-ambingkan karena angin sakal (angin yang bertiup berlawanan arah) mereka terjebak di tengah danau, kehabisan tenaga, kehilangan damai sejahtera, dan menjadi sangat ketakutan. Dicatat bahwa jam 3 malam Tuhan Yesus menampakkan diri, Dia berjalan di tengah gelombang air. Tuhan datang memberikan ketenangan kepada murid-murid-Nya. Tuhan Yesus menanggapi dengan berkata, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (Mat. 14:27). Petrus dapat mengatasi rasa takutnya dan melangkah keluar dari perahu karena ia tahu ada Yesus. Ketika langkah-langkahnya yang berani itu kemudian melemah saat diterpa angin dan ombak, Petrus pun berseru kepada Tuhan Yesus. Dia masih ada di sana, bahkan cukup dekat untuk mengulurkan tangan-Nya dan menyelamatkan Petrus. Apa yang bisa kita pelajari dari kejadian di dalam perikop ini?

1. Relasi yang intim dengan Tuhan

Kita tidak akan merasa tenang jika kita berjalan dengan orang yang tidak terlalu kita kenal apalagi jika kita berjalan dengan orang asing. Demikian hal yang harus kita lakukan untuk tetap berjalan bersama dengan Tuhan adalah pengenalan dan kedekatan dengan Kristus, jika kita tidak pernah mau berelasi dengan Kristus, bagaimana mungkin kita mengenal Dia dengan benar. Jika kita perhatikan bersama di dalam ay. 26 murid-murid menganggap Kristus sebagai hantu, karena hari itu masih gelap (pk.03.00 pagi). Demikian dengan kita, kita yang hidup dalam kegelapan, ketika tidak pernah mau untuk memahami kebenaran dan mengenal Kristus, maka kita akan hidup di dalam ketakutan, selalu kuatir dengan segala hal yang terjadi, dan merasa berjalan sendiri. Selain itu, ketika kita memiliki kedekatan dengan Tuhan maka hal itu akan membuat kita juga semakin peka akan suara Dia, yang akan selalu berkata, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”

2. Setia Memegang Tangan-Nya

Hal berikut yang harus kita lakukan adalah setia memegang tangan-Nya. Seringkali banyak godaan di dalam dunia ini yang membuat kita melepaskan tangan Tuhan, dan mencari pegangan hidup yang lain. Padahal Tuhan tidak pernah melepaskan tangan kita, namun kita seringkali merasa Tuhan berjalan terlalu lambat, atau sebaliknya ketika Tuhan minta kita melangkah, kita malah berhenti karena merasa takut dan gentar. Inilah yang diperlihatkan oleh seorang murid Kristus yang paling militan yaitu Simon Petrus. Di saat semua murid yang lain ketakutan dan memastikan itu adalah Guru mereka, Simon Petrus bergegas dan meminta bukti dengan cara mengizinkan dirinya berjalan di atas air, untuk menghampiri Tuhan Yesus. Melihat kedalaman hati Petrus, maka Yesus menjawab “Datanglah!” (ay.29). Awalnya, Petrus benar-benar percaya kepada Tuhan, pada saat langkah dia keluar dari perahu dan menyentuh air dengan kakinya, langkah demi langkah Petrus lakukan dengan iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yesus. Namun, semakin jauh, dikatakan bahwa tiupan angin membuat Petrus takut dan kuatir. Ketika Petrus tidak lagi berfokus pada Yesus, namun pada apa yang terjadi di sekitarnya, pada tiupan angin, maka hatinya dipenuhi dengan kebimbangan dan ketakutan. Petrus melepas pandangan dari Tuhan dan mulai meragukan Tuhan. Inilah momen Petrus “melepaskan genggaman tangan Tuhan” dan akhirnya mulai tenggelam. Demikian dengan hidup kita ketika kita melepaskan gengaman tangan Tuhan dan malah berfokus kepada masalah dan ketakutan, maka kita akan tenggelam di dalam permasalahan dan membuat kita tidak mampu berjalan kembali. Tetapi, pada saat Petrus tenggelam Tuhan ada di situ, mengulurkan tangan dan memegang dia. Inipun yang akan dilakukan oleh Tuhan kepada kita, ketika kita tenggelam dalam rasa sedih, duka, kehilangan, keputusasaan, Dia ada bersama kita, dan mengulurkan tangan dan memegang tangan kita kembali. [SA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Sudahkah Anda benar-benar berjalan bersama dengan Tuhan? Ataukah Anda sedang perlahan melepaskan tangan-Nya dan mencoba mencari pegangan lain ?

Penerapan

Bagaimana Anda bisa tetap percaya dan fokus kepada Tuhan di tengah permasalahan dan kekuatiran yang seringkali menghantui Anda?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.