Bagikan artikel ini :

Kisah Natal Versi Injil Yohanes

Hari Natal, hari ketika Yesus lahir.  Ketika Ia hadir dalam daging, masuk ke dalam dunia. Kisah ini selalu indah untuk diceritakan dan dirayakan oleh umat Kristiani. Kisah Natal ini di ceritakan dalam Kitab Injil dengan dua perspektif. Perspektif pertama, Yesus hadir dengan memakai rahim Maria, yang dicatat oleh Matius dan Lukas. Kedua Injil ini mengisahkan proses Yesus lahir yang dimulai dari pemberitaan malaikat kepada Maria, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan Maria bersedia dipakai oleh Tuhan. Kemudian mengandunglah Maria dan melahirkan bayi Yesus di kota Bethlehem, yang dilanjutkan dengan kisah para gembala dan orang majus dari Timur yang datang menyembah Yesus. Sebuah kisah menarik yang bukan hanya tidak pernah bosan untuk terus diceritakan, tetapi juga memberikan kesukaan besar bagi setiap orang percaya.

Perspektif kedua, kisah Yesus yang dimulai dari surga. Kisah ini ditulis oleh Yohanes, seorang murid yang mengalami kasih Yesus yang mendalam yang menyebut dirinya sendiri sebagai salah satu murid yang dikasihi oleh Yesus. Dia mengisahkan kelahiran Yesus sebagai “catatan Kitab Kejadian” yang kedua. Dimulai dari surga, tempat dimana Yesus berasal. Yesus, pada mulanya adalah Firman dan Firman itu adalah Allah. Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang diciptakan. Yohanes menggambarkan Yesus dengan bahasa yang penuh kuasa, dikatakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah kita.” Dari sini muncullah pertanyaan mengapa Yohanes memulainya dari surga, apa tujuan dari penulisannya ini?

Mengungkapkan Identitas Yesus yang Sebenarnya

Yohanes mengisahkan kelahiran Yesus yang ditarik mundur ke asal mulanya di surga adalah untuk mengungkapkan tentang identitas Yesus yang sebenarnya. Pada waktu pendengar Injil Yohanes yang adalah orang-orang Yahudi mendengar frasa awal “Pada mulanya adalah Firman,” maka mereka akan langsung teringat tentang kisah penciptaan dan Kitab Kejadian, yang diawali juga dengan frasa “Pada Mulanya.” Dengan menghubungkan kisah awal penciptaan dengan diri Yesus yang telah hadir di dunia, orang-orang Yahudi dapat mengetahui dan menyadari bahwa Yesus adalah Allah. Yesus adalah Allah yang selama ini mereka nantikan kehadiran-Nya, sekarang telah hadir di tengah-tengah mereka. Dengan demikian, seharusnyalah mereka datang menyambut-Nya, mengikuti, dan percaya kepada-Nya.

Mengungkapkan Alasan Yesus Datang Ke Dunia

Yohanes menggambarkan Yesus dengan menggunakan tujuh karakteristik khusus. Nama-nama ini menguraikan tujuan pelayanan Yesus dan status-Nya sebagai Allah dan Juruselamat. Ketujuh nama yang disebutkan Yohanes di pasal satu adalah "Firman" (1:1–3; 1:14), "Terang" (1:4-13), "Anak Allah" (1:15 –28, 49), "Anak Domba Allah" (1:29–34), "Mesias" (1:3, 42), "Raja Israel" (1:43–49 ), dan "Anak Manusia" (1:50–51). Ketujuh sebutan untuk Yesus dimaksudkan untuk menjelaskan aspek tertentu tentang siapa Yesus itu, dan alasan Dia dilahirkan di bumi.

Firman

Yesus digambarkan menggunakan kata Yunani Logos, yang berarti "logika, kata, tatanan, atau definisi." Yesus adalah pesan, logika, "firman" Allah. Prolog ini menyatakan bahwa Yesus selalu ada (1:2), dan selalu identik dengan Allah (1:1, 3). Namun, karena Dia datang dalam bentuk fisik, Dia tunduk pada semua pergumulan fisik manusia (1:14).

Terang dunia

Yesus digambarkan sebagai "terang", sebuah metafora yang melambangkan kebenaran (Amsal 4:18) dan kebaikan (Matius 5:16). Menyatakan bahwa Yesus adalah Allah yang seutuhnya kudus, tidak ada kejahatan, ketidakadilan, atau dosa di dalam-Nya.

Yesus adalah terang yang akan membongkar apa yang tersembunyi dalam kegelapan, yang menunjukkan keadaan kita yang sebenarnya yang bobrok, tanpa pengharapan, dan berdosa. Ia membukakan mata kita, supaya kita berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada

Allah. Jika kita “berjalan” bersama Yesus yang adalah terang, maka kita akan memperoleh kemajuan, semakin bertumbuh, semakin kudus, dan semakin dewasa dalam kerohanian.

Anak Allah

Yesus digambarkan sebagai "Anak Allah" dalam konteks Ia sebagai Allah yang menjadi manusia. Ia dikandung oleh Roh Kudus (Lukas 1:35). Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah yang penuh dengan kuasa.

Anak Domba Allah

Yesus digambarkan sebagai  "Anak Domba Allah." Hal ini merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk menebus dosa. Kematian Yesus disalib sebagai korban yang sempurna untuk menebus dosa dan membayar hukuman dosa dari semua yang percaya kepada-Nya. Tiga hari kemudian, Dia bangkit, kebangkitan-Nya adalah jaminan bagi orang percaya, bahwa mereka bisa memiliki hidup kekal melalui iman percaya kepada-Nya.

Mesias

Yesus digambarkan sebagai "Mesias" atau yang diurapi, yang terpilih. Di zaman Alkitab, mengurapi orang dengan minyak adalah tanda bahwa Allah sedang mengkhususkan orang itu untuk peran tertentu. Orang "yang diurapi" adalah seseorang yang mempunyai panggilan istimewa dari Allah. Yesus mempunyai panggilan khusus untuk menggenapi peran Nabi, Imam, dan Raja, hal itu merupakan bukti akan ke Mesiasan-Nya. Ia adalah nabi, karena Ia mewujudkan dan menyampaikan Firman Allah (Yoh. 1:1-18; 14:24; Luk. 24:19). Ia adalah imam, karena kematian-Nya menebus dosa kita dan mendamaikan kita dengan sang Bapa (Ibrani 2:17; 4:14). Ia adalah raja, karena setelah Ia bangkit, Allah menyerahkan segala otoritas kepada-Nya (Yoh. 18:36; Ef. 1:20-23; Why. 19:16).

Raja Israel

Yesus digambarkan sebagai "Raja Israel" yang diberikan otoritas untuk memerintah atas semua umat manusia.

Anak Manusia

Yesus digambarkan sebagai "Anak Manusia." Hal ini menekankan fakta kemanusiaan Yesus. Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus bisa lapar, lelah, dan tidur seperti manusia pada umumnya. Sebagai Anak Manusia, Yesus telah memberikan teladan untuk taat kepada Bapa yang mengutus-Nya. Ia pergi mencari orang-orang yang “sakit” dan “tersesat” membawa mereka kembali kepada Bapa. Bahkan Yohanes mengatakan “masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh. 20:30-31).

Jadi dua kisah Natal yang berbeda dari tiga Kitab Injil menceritakan kepada kita Siapa Yesus sesungguhnya. Setiap kisah Natal mengenai Yesus memberi kita aspek yang berbeda dari pribadi dan pelayanan-Nya. Setiap kisah ketika ditambahkan pada kisah lainnya, bagaikan benang dengan warna berbeda yang ditambahkan kepada permadani yang ditenun untuk menghasilkan gambar yang lebih lengkap mengenai Dia yang tak terlukiskan.

Sekalipun kita tidak akan pernah benar-benar tahu segala sesuatu mengenai Yesus Kristus, melalui keempat Injil kita dapat mengenal Dia secara memadai untuk bisa menghargai siapa Dia dan apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita, sehingga kita dapat hidup melalui iman kepadaNya.

Kiranya kita memaknai masa advent dan masa perayaan ini untuk menemukan kembali kekuatan dari cerita kelahiran dalam Kitab-kitab Injil pada Perjanjian Baru.*(NS)