Bagikan artikel ini :

Suam-suam kuku : sebuah refleksi perjalanan iman

POROS IMAN KRISTEN

Kekristenan menempatan poros imannya pada pribadi Kristus. Siapakah Kristus itu? Kristus adalah Allah sejati yang berinkarnasi menjadi manusia sejati (Yoh 1:1-2; 14). Ini artinya poros iman Kristen tidak pernah didasarkan pada filsafat dan kebenaran siapapun dan apapun, selain hanya pada pribadi Kristus sendiri, yang menjadi sumber kekuatan, keteguhan dan kekokohan. Kristus selayaknya dijadikan pusat kehidupan satu-satunya, didalam cara berpikir, berencana, bertindak, bereaksi dan didalam memutuskan segala sesuatu. Dengan kata lain kita mengundang dan menghadirkan Kristus di dalam kehidupan pribadi, keluarga, bisnis, pekerjaan, pertemanan, pergaulan, study, bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

SEBUAH ALASAN YANG PASTI

Kenapa harus demikian? Karena Kristus seharusnya dijadikan sebagai Tuhan dan Juruselamat baik secara pribadi maupun komunal (Fil 2:9-11). Komitmen yang seperti inilah, yang membuat setiap orang percaya dapat berpikiran Kristosentris (Fil 2:5). Pikiran yang demikian dapat menjadi "roh"/semangat yang hidup, membara, yang tidak pudar dan suam-suam kuku karena kehadiran Kristus lewat Roh Kudus memenuhi seluruh sendi-sendi dan relung-relung kehidupan orang percaya. Ada perubahan kesuaman menjadi ceria, yaitu: ratapan dan kain Kabung menjadi tarian dan kesukacitaan (Mzm 30:12). Inilah semangat hidup yang sebenarnya dan seutuhnya karena ada perubahan baru, yaitu: hidup bukan hanya didalam persepektif "minor" saja yang dapat membuat orang lelah, lesu,lemah, suam, putus asa dan berpikir negatif; tetapi didalam perspektif "extra ordinary", menjadi pribadi luar biasa, karena Kristus dalam Roh Kudus yang melakukan hal ini.

RACUN YANG MELUMPUHKAN dan MEMATIKAN

Definisi suam-suam kuku adalah: tidak panas dan tidak dingin. Dalam konteks Wahyu 3:15 maksudnya adalah metaforis: setengah hati, tanpa semangat bahkan dapat dikatakan ada didalam keadaan mati suri. Kalau hal ini terjadi, sudah terjadi dan akan terus terjadi maka jelas sangat menakutkan dan mengerikan, karena memiliki daya rusak dan penghancur yang dahsyat sekali. Diumpamakan seperti racun yang melumpuhkan dan mematikan secara pelan dan pasti semua sendi-sendi dari kehidupan, baik tubuh, pikiran, hati, mentalitas, semangat, perjuangan, kesetiaan, kasih dan komitmen. Mengapa demikian? karena "rohnya" sudah tidak ada. Roh adalah inti kehidupan yang menggerakkan sesuatu menjadi hidup.

Firman Tuhan itu tidak pernah berbohong dan berdusta. Allah didalam anugrah dan kebaikan-Nya selalu mengingatkan untuk waspada bahkan sampai berupa nada teguran dan ancaman. Namun sayang sekali, teguran-Nya tidak didengarkan dan digubris, karena merasa masih berjalan dengan baik. Inilah awal dari pekerjaan racun, yaitu membius dalam ketidaksadaran dan kepekaan. Baru setelah itu, racun yang sesungguhnya ditembakkan.

Pertama, kekayaan (Why 3:17b), secara positif membuat orang yang kaya dikatakan tidak kekurangan apa-apa, karena ada berkat Tuhan yang melimpah, sehingga tidak membutuhkan apapun dan siapapun. Sandaran hidupnya cuma harta, yang menjadikannya kaya. Secara negatif kekayaan dapat dipakai menjadi instrumen Iblis, untuk menciptakan "lobang dalam" (black hole) yang membuat siapapun dapat terperosok tak berujung didalam keangkuhan kesombongan rohani dan rasa tidak butuh akan Tuhan.

Kedua, melarat dan miskin (Why 3:17b), bisa dilihat dari perspektif jasmani dan rohani. Jemaat Laodikia tidak melarat dan miskin secara jasmani, tetapi rohani. Kemelaratan baik jasmani maupun rohani dapat menjatuhkan dan menyelewengkan siapapun, termasuk orang percaya untuk hidup jauh dari jalan Tuhan, sehingga mengalami kemandulan dalam melakukan kebenaran Allah (Ams 30:9 bnd Luk 12:21,18:24).

Ketiga, malang, buta dan telanjang (Why 3:17b). Biasanya kemalangan berkenaan dengan ketidakberuntungan. Didalam konteks jemaat Laodikia, kemalangan itu berkenaan dengan buta dan telanjang. Kota Laodikia terkenal dengan sebutan sebagai kota penghasil kain wol ungu. Di sana juga sekolah kedokteran dan penghasil obat mata. Tuhan mengatakan buta dan telanjang yang membuat kemalangan, bukan karena mereka tidak punya pakaian (wol) dan dokter yang dapat memberikan pengobatan tetapi karena mereka tidak memiliki kuasa dan kekuatan Allah untuk dapat hidup didalam kesucian (bnd ay.18 - dimurnikan).

Tiga racun di atas dapat kekristenan dan iman Kristen menjadi suam-suam kuku, dalam pengertian loyo dan lemah. Ini sangat dibenci oleh Tuhan, karena sumber kerusakan terjadi dari dalam & dilakukan oleh orang dalam sendiri.

DIMUNTAHKAN OLEH TUHAN

Ungkapan ini menunjukkan kemarahan dan ketidaksenangan Tuhan, karena cara hidup yang tidak berkenan dihadapan-Nya. Prinsipnya adalah jangan bermain-main di hadapan Tuhan. Tuhan tidak dapat dipermainkan. Dia tidak pandang bulu dan tidak pernah berat sebelah dalam segala penghakiman-Nya. Apa yang ditabur itulah yang akan dituai (Rom 2:11; Gal 6:7). Yang harus diperhatikan, seperti yang dikatakan di Why 22:11 yaitu "Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya."

Pilihannya ada dua yaitu jalan yang lebar atau sempit; hidup benar atau jahat, perbuatan kudus atau cemar. Komitmen dan keputusan harus diambil. Hidup tidak boleh ada di dua perahu (Mat 6:24; Yak 3:10-12). Harus ada pertobatan, berbalik arah, yaitu kembali ke jalan Tuhan, sehingga hidup didalam pertobatan yang sejati akan membawa Kristus kembali hadir didalam kebersamaan bersama orang percaya (union with Christ). Yang lebih indah lagi adalah janji akan dapat duduk bersama-sama dengan Kristus ditahtahNya. Soli Deo Gloria. [LHP]