The One Who Gives Us Boldness (Dia yang Menjadikan Kita Berani)
Jika saudara menyaksikan sebuah peristiwa yang amat sangat langka, bahkan mustahil terjadi kepada manusia, apakah saudara akan menceritakannya kepada sebanyak mungkin orang yang saudara temui? Mungkin saudara akan berpikir dua tiga kali sebelum menceritakannya agar saudara tidak menjadi bahan olok orang lain. Kalaupun saudara bercerita mungkin itupun hanya kepada orang terdekat yang sungguh dikenal, dan sudah memastikan bahwa ia tidak akan mencibir ataupun mengolok saudara.
Ini yang dialami para wanita yang berziarah ke kubur Yesus di Minggu pagi, tiga hari setelah penyaliban Yesus. Mereka menyaksikan peristiwa yang sungguh diluar nalar manusia yang menjadi misteri dan sumber perdebatan, bahkan keraguan bagi banyak orang hingga saat ini, yakni kebangkitan Yesus. Bagaimana tidak, Yesus yang sungguh-sungguh mati pada penyalibannya kini jenazah-Nya tidak lagi ditemukan di dalam kubur, bahkan seorang malaikat mengatakan bahwa Ia telah bangkit, dan menanti para murid di Galilea.
Para wanita yang menjadi saksi pertama kebangkitan, berlari meninggalkan kubur ketakutan. Alih-alih mengerjakan perintah dari malaikat untuk memberitakan kebangkitan-Nya kepada para murid, para wanita memilih diam. Ini merupakan respons yang sangat aneh, mendengar Tuhannya bangkit mereka tidak bersukacita melainkan takut, bukan memberitakan berita suka ini melainkan menyimpannya. Akan tetapi respons aneh ini merupakan respons yang konsisten dengan keutuhan kitab Markus. Sepanjang kitab Markus dikisahkan bahwa tidak banyak orang yang mampu mengerti dan mengenali siapa Yesus yang sesungguhnya, bahkan para murid yang bersama-Nya senantiasa. Mereka mengalami kebutaan rohani sehingga sekalipun memiliki mata tidak mampu melihat, memiliki telinga tidak mampu mendengar. Itulah mengapa saksi pertama kebangkitan adalah para wanita bukan para murid, karena murid tidak mengerti apa yang dikatakan gurunya, masih bingung dan bersedih atas kepergian-Nya. Demikian halnya dengan para wanita ini, mereka pergi ke kubur karena kasih dan hormat yang mereka miliki terhadap Tuhan bukan semata mengharapkan kebangkitan-Nya sekalipun Tuhan sudah memberitakannya jauh-jauh hari.
Hari ini sebagai orang Kristen yang memperingati Paskah, kita diperhadapkan dengan pertanyaan yang sama. Apakah kita sudah mengerti dan menghayati arti kebangkitan Tuhan yang sesungguhnya? Atau masihkah kita sama seperti para murid dan para wanita yang ke kubur Yesus, tidak mengerti apa-apa dan hidup dipenuhi dengan berbagai ketakutan yang menghantui kita dari hari ke hari. Adakah kita memiliki keberanian untuk bersaksi dan menceritakan akan karya Tuhan dalam kehidupan kita. Jika kita menemukan diri kita masih belum mengalami karya kebangkitan Tuhan, ini momen yang tepat bagi kita untuk meminta kepada Tuhan, agar kita dapat merasakan karya kebangkitan Tuhan dalam hidup kita yang memerdekakan kita, memberi kita pengharapan, dan menjadikan kita berani menjadi saksinya dalam perkataan maupun perbuatan kita dimanapun kita berada.
Alkitab menyaksikan transformasi para murid terjadi di momen mereka mendapat curahan Roh Kudus. Momen ini mengubah mereka yang penuh ketakutan, ketidak mengertian, menjadi pemberani dan menjadi pengajar, bahkan pemberita Injil Tuhan hingga akhir hayat mereka. Kuasa yang sama yang dirasakan para murid tersedia juga bagi kita hari ini, maka mari meminta kepada-Nya agar hari-hari dalam kehidupan yang kita jalani ada dalam kemenangan dan keberanian dalam Tuhan.(DK)