Bagikan artikel ini :

Hati Seorang Pemimpin

Yosua 1:1-9

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”
- Yosua 1:9

Kebanyakan dari kita bermimpi menjadi seorang pemimpin. Suksesnya seorang pemimpin seringkali dilihat dari seberapa tinggi posisi jabatan yang dipegang dan berapa jumlah bawahan yang dipimpinnya. Memang menyenangkan jika punya jabatan sebagai pimpinan dan dapat memberikan berbagai perintah kepada “para pengikut” kita. Tak heran banyak seminar-seminar yang membahas ataupun memberikan berbagai tips and tricks tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang sukses.

Jauh sebelum seminar-seminar diadakan, Allah sendiri telah memberikan bukan sekadar tips and tricks, melainkan perintah kepada para pemimpin yang dipilih-Nya. Salah satunya kepada Yosua yang dipilih untuk menggantikan Musa dalam memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Dalam usia yang masih muda, tentu tidak mudah bagi Yosua untuk memimpin bangsa Israel. Namun, Allah menjanjikan penyertaan yang sempurna kepada Yosua (ay. 5). Oleh karena janji inilah, Allah memerintahkan Yosua untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya dalam memimpin bangsa Israel (ay. 6).

Walaupun Allah berjanji menyertai Yosua, bukan berarti ia dapat dengan seenaknya menjadi seorang pemimpin. Ada perintah-perintah yang harus Yosua lakukan dalam kepemimpinannya. Pertama, Allah meminta Yosua untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya dengan sungguh-sungguh. Artinya, Allah ingin Yosua dengan segenap hati percaya pada janji-janji penyertaan-Nya (ay. 7a). Kedua, Allah meminta Yosua untuk tidak menyimpang jalannya ke kanan-kiri dan senantiasa melakukan segala perintah Tuhan dalam kepemimpinannya (ay. 7b). Ketiga, Allah juga meminta Yosua untuk mengingat dan merenungkan firman Tuhan setiap saat. Bahkan Yosua juga diminta untuk bertindak hati-hati sesuai dengan kebenaran firman (ay. 8).

Setiap kita sebetulnya juga seorang pemimpin. Kita sedikitnya memimpin keluarga atau anak-anak kita. Atau di tingkat lebih tinggi kita memimpin rekan sekerja atau sepelayanan. Namun yang terpenting, kita juga diminta memimpin diri kita sendiri. Sebagai seorang pemimpin yang mengenal Allah, marilah belajar mempunyai hati seorang pemimpin seperti yang Allah sampaikan kepada Yosua. Dia rindu kita sebagai pemimpin, senantiasa mengingat, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan, sambil terus menguatkan dan meneguhkan hati untuk berjalan bersama dengan Allah. Sebesar apa pun kesulitan kita dalam memimpin, yakinlah penyertaan Allah selalu ada untuk kita. Salam pemimpin!

Refleksi Diri:

  • Bagaimana kepemimpinan Anda selama ini? Apakah Anda sudah menerapkan ke- pemimpinan seperti yang Yosua lakukan?
  • Apa yang bisa Anda lakukan untuk memiliki hati seorang pemimpin seperti yang Tuhan kehendaki?