Bagikan artikel ini :

Beritakan Injil Sekalipun Berisiko

Markus 6:14-29

Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
- Markus 6:27

Memberitakan kebenaran selalu penuh risiko. Kecuali Yudas Iskariot yang mati gantung diri (Mat. 27:5; bdk. Kis. 1:18) dan Yohanes yang mati dalam pengasingan di pulau Patmos, rasul-rasul lainnya mati sebagai martir karena kebenaran Injil. Alkitab mencatat Yakobus, saudara Yohanes, sebagai rasul pertama yang mati syahid. Ia mati dipancung kepalanya oleh Raja Herodes Agripa I (Kis. 12:1-2). Menurut tradisi gerejawi, Rasul Petrus mati disalib terbalik di Roma. Paulus dipenggal kepalanya juga di Roma. Andreas mati disalib di Yunani. Thomas mati ditombak. Demikian pula rasul- rasul lainnya mati syahid dengan cara berbeda di berbagai belahan dunia di mana mereka memberitakan Injil.

Markus menceritakan Yesus mengutus rasul-rasul-Nya untuk memberitakan Injil dan kemudian menyelipkan cerita bagaimana Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya oleh Raja Herodes. Yohanes Pembaptis adalah hamba Tuhan yang berani menegur dosa. Bahkan ia berani menegur dosa Raja Herodes, yang mengambil Herodias istri saudaranya untuk menjadi istrinya (ay. 18). Karena itu, ia ditangkap dan dipenjarakan. Namun, justru Herodias yang menaruh dendam dan hendak membunuh Yohanes (ay. 19). Kesempatan datang ketika putri Herodias menyukakan Herodes dengan tariannya dan ia bersumpah untuk memenuhi permintaannya (ay. 21-23). Setelah berkonsultasi dengan ibunya, ia meminta kepala Yohanes. Herodes yang tidak bisa berkelit akhirnya memenuhi permintaan putrinya dan memenggal kepala Yohanes (ay. 24-28). Cerita ini jelas menyampaikan pesan bahwa kebenaran selalu penuh dengan risiko, bahkan sampai bahaya kehilangan nyawa.

Kisah-kisah di atas memperingatkan murid-murid Yesus bahwa pemberitaan Injil tidaklah selalu mudah dan mereka harus siap berkorban, bukan hanya waktu, pikiran, dan tenaga mereka, tetapi juga nyawa mereka. Sekalipun zaman telah berubah, tetapi pemberitaan Injil tetap mengandung risiko. Dikucilkan, ditindas secara mental, dianiaya, sangat mungkin dialami oleh setiap kita. Namun, kita dipanggil untuk setia melakukannya. Di dunia ini tidak ada jaminan tempat yang aman bagi setiap pemberita kebenaran. Namun, ada jaminan kehidupan bagi mereka yang mengalami berbagai penindasan karena Injil-Nya.

Refleksi Diri:

  • Mengapa murid-murid berani menanggung risiko kehilangan nyawa untuk pemberitaan Injil?
  • Apa komitmen Anda dalam hal menyampaikan Injil kebenaran-Nya? Berdoalah memohon hikmat dan keberanian untuk menyampaikannya.