4P’S of Love II: Love is Posessive
Kidung Agung 8:6
Karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!
- Kidung Agung 8:6b
Judul renungan apa pula ini?!, pikir Anda. Memang benar, kata “posesif” sekarang punya konotasi negatif, begitu juga kata “cemburu”. Karena itu, kita mungkin kurang nyaman membaca bahwa Tuhan adalah Allah yang cemburu.
“Posesif” yang sehat bukan hanya sebuah kewajaran, tetapi keharusan. Masakan Anda biasa-biasa saja melihat pasangan Anda bermesraan dengan orang lain? Justru rasa cemburu adalah bukti bahwa pasangan merupakan orang yang penting bagi Anda. Ini pula yang dirasakan si istri. Ia ingin seperti meterai bagi suaminya. Meterai di sini bukan meterai 6.000 perak yang Anda beli di kantor pos.
Pada zaman itu meterai merupakan benda penting, sebagai simbol otoritas seorang raja, misalnya untuk menandai surat-surat yang dikirim atas namanya. Meterai selalu ada di sisinya.
Apakah berarti pasangan suami-istri harus terus lengket? Tidak mungkin. Maksud ayat ini, si istri ingin suaminya selalu memikirkannya (“pada hatimu”) dan tindakannya selalu atas kesadaran bahwa ia miliknya (“pada lenganmu”). Ia tidak
ingin ada wanita idaman lain di hati suaminya, apalagi kalau sampai menggandengnya. Begitu kuatnya cinta, seperti dunia orang mati, bahkan seperti api cemburu Tuhan.
Cemburu berapi-api tidak sama dengan cemburu kekanak-kanakkan. Sifatnya berbeda dengan cemburu yang disebutkan dalam 1 Korintus 13:4. Cemburu di sini adalah cemburu ilahi, yakni suatu kecemburuan yang mendatangkan kebaikan bagi orang yang dikasihi. Tuhan tegas bahwa penyembahan berhala-berhala bangsa lain adalah dosa dan ini berarti Israel menyerahkan diri mereka kepada bangsa-bangsa lain. Mereka membayar upeti kepada bangsa lain dan menjadi terjajah (Israel digambarkan sebagai perempuan sundal dalam Yehezkiel 16).
Mirip dengan seorang ibu yang tidak mengizinkan anaknya bermain dengan teman-teman yang tidak baik, kecemburuan terhadap pasangan merupakan hal yang wajib ada. Sayang sekali di masa kini ada dua ekstrem yang salah. Ekstrem pertama adalah kecemburuan dalam pribadi yang tidak sehat, kecemburuan yang mengekang dan malah merusak hubungan. Ekstrem kedua adalah pemikiran bahwa cinta berarti membebaskan orang untuk melakukan apa saja. Ini tidak benar. Ingatlah bahwa kecemburuan yang wajar adalah bukti relasi yang sehat. Selalu baik mengetahui ada orang yang memedulikan Anda.
Refleksi Diri:
- Bagaimana kecemburuan Tuhan dalam Alkitab memberikan gambaran dan mengajarkan Anda tentang kecemburuan yang seharusnya?
- Apakah Anda (atau pasangan) terjebak dalam salah satu dari dua ekstrem tersebut? Mengapa?