Ada Waktunya
Pengkhotbah 3:1-15
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Pengkhotbah 3:11
Pengkhotbah mendaftarkan kehidupan manusia yang berputar di antara dua poros: pengalaman suka dan pengalaman duka. Silih berganti. Sepertinya manusia terjebak dalam siklus tiada akhir. Nasib ya, nasib! "Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?" (ay. 9), kalau kenyataannya hari ini untung, besok juga buntung? Semua jerih usaha manusia, pada akhirnya hanya membuat lelah. Nada Pengkhotbah sangat pesimistis.
Namun, Pengkhotbah tidak berhenti pada pesimisme. Tuhan tidak membiarkan kita tinggal di dalam kegalauan. Pada ayat 11, Pengkhotbah mengatakan, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka." Walaupun manusia menganggap hidup ini sebagai nasib yang tidak bisa berubah, tetapi di dalam rancangan Tuhan, Dia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Dalam terjemahan lain, kata "indah" ditulis "tepat". Artinya, Tuhan tidak pernah salah mengatur hidup manusia. Segala yang terjadi pada hidup kita, Dia tahu dan Dia atur untuk kebaikan kita (bdk. Rm 8:28). Persoalannya, apakah kita percaya kepada-Nya? Apakah kita peduli kepada-Nya? Apakah kita mencari tahu tentang kehendak-Nya? Yang seringkali terjadi adalah manusia tidak mau mengerti. Tidak mau tahu tentang kehendak-Nya. Manusia maunya jalan sendiri (bdk. ay. 11b).
Pengalaman sakit kanker mengingatkan saya bahwa hidup tidak pernah menjadi sia-sia jika saya melihat bahwa segalanya terjadi dalam rancangan Tuhan. Bahwa Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan hidup saya sekalipun saya menderita. Bahwa Tuhan tetap mendatangkan kebaikan bagi saya. Bahwa Tuhan mengerjakan kehendak-Nya di dalam kelemahan saya. Bahwa Tuhan dimuliakan di dalam penderitaan saya. Tulisan saya berjudul, Hidup itu Rapuh, menjadi viral. Saya tidak pernah menduga bahwa tulisan saya di saat sedang menanggung efek samping kemoterapi itu justru memberkati banyak orang. Sungguh saya sangat bersyukur karenanya.
Saudaraku, semua yang terjadi di dalam hidup kita diizinkan Tuhan untuk kita alami dengan suatu maksud yang baik bagi kita. Hendaklah kita membuka mata hati supaya bisa memahami bahwa semua pada akhirnya dirancangkan indah pada waktunya oleh Tuhan. Terpujilah nama Tuhan Yesus!
SEGALA SESUATU BERAKHIR INDAH SESUAI WAKTUNYA TUHAN.