Allah Tidak Diam Diri
Mazmur 10
Keinginan orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan, ya TUHAN; Engkau menguatkan hati mereka, Engkau memasang telinga-Mu, untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak; supaya tidak ada lagi seorang manusia di bumi yang berani menakut-nakuti.
- Mazmur 10:17-18
Aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkau dekat. Anda yang seumuran saya atau lebih tua, pasti mengenal syair lagu yang saya kutip. Kata “Engkau” tentu merujuk kepada Tuhan. Pemazmur juga pernah merasakan Tuhan itu jauh (ay. 1). Tuhan seakan berlambat- lambat mengulurkan tangan-Nya padahal pemazmur sedang terhimpit oleh orang fasik.
Ketika dalam keadaan sangat kritis, justru Tuhan seperti diam. Hening. Tak memedulikannya. Apa arti dari diamnya Tuhan? Apakah Dia tidak peduli? Apakah Dia tidak berdaya melawan kuasa jahat atau menyelamatkan kita? Pemazmur panjang lebar memaparkan kejahatan orang fasik. Setengah Mazmur 10 berisi keluh-kesah tentang perbuatan orang fasik. Panjang-lebarnya uraian ini adalah untuk memaparkan betapa seriusnya kejahatan orang fasik dan bahwa penderitaan pemazmur bukan penderitaan biasa. Tujuannya adalah “menarik” perhatian Allah untuk bergegaa memerhatikan dan menolongnya. Jadi, adalah keliru kalau ada orang mengatakan “Udah, jangan banyak mengeluh. Bersyukur aja.”
Apakah kalau tidak ada bahan untuk bersyukur tetap harus bersyukur? Dicari-cari bahannya? Memang, kalau mau, selalu ada bahan untuk bersyukur. Pasti ada. Namun, bisa bersyukur bukan berarti tidak boleh berkeluh kesah—nah, ini penting—keluh-kesah kita seharusnya disampaikan kepada Tuhan, bukan ke tetangga sebelah atau grup sosmed. Keluh-kesah menandakan kita masih manusia—manusia biasa—yang bisa merasa. Iman tingkat tinggi bukan iman bebas keluh-kesah. Bahkan orang setingkat rasul pun, seperti Rasul Paulus, masih berkeluh-kesah.
Diamnya Allah bukan berarti bahwa Allah tidak peduli. Maksud di balik diamnya Allah adalah agar kita semakin bersabar, berharap, dan bergantung kepada-Nya. Yakinlah, pada waktu-Nya, Dia akan bertindak. Mazmur 10 diakhiri dengan pernyataan percaya bahwa Allah tidak pernah melalaikan apalagi meninggalkan umat-Nya. Ini kunci untuk memahami seruan keluh-kesah yang ada di dalam Mazmur. Jangan asal keluh-kesah, tetapi harus bermuara pada iman kepada Tuhan Yesus Kristus yang Mahakasih dan Mahakuasa. Tangan Tuhan tidak pernah tidak cukup panjang untuk menolong dan mengangkat Anda dari himpitan permasalahan hidup.
Refleksi diri:
- Apa yang biasanya Anda lakukan saat dalam situasi terhimpit dan sepertinya Tuhan seakan diam tidak memedulikan Anda?
- Siapa pribadi yang Anda paling percaya untuk mendengar keluh kesah Anda? Apakah Dia Tuhan Yesus?