Anak Sulung Yang Hilang
Lukas 15:11- 32
Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
- Lukas 15:28
Sebagian besar kita sudah mengetahui kisah perumpamaan anak yang hilang. Ketika sang ayah menyambut dengan penuh sukacita adiknya yang telah berlaku kurang ajar dan memboroskan harta kekayaan bapanya, sang kakak menjadi sangat marah.
Penulis Henri Nouwen mengungkapkan dalam bukunya tentang perumpamaan ini bahwa orang yang hilang sebetulnya bukan cuma si anak bungsu tapi juga si anak sulung (sang kakak). Nouwen mengatakan, “Hilangnya si anak sulung jauh lebih sulit untuk dikenali (diidentifikasi). Dari luar ia tampaknya melakukan segala sesuatu dengan benar. Ia taat, melakukan tugas-tugasnya dengan baik, tidak me- langgar aturan dan juga seorang pekerja keras. Ia tampak sempurna, tetapi ketika harus berkonfrontasi dengan sukacita ayahnya ketika adiknya kembali maka sisi gelap di dalam dirinya bergejolak dan akhirnya meletus ke permukaan.
Ada banyak anak sulung laki-laki dan perempuan yang juga terhilang seperti ini. Wujudnya adalah adanya penghakiman dan kritik tajam, kemarahan dan kebencian, serta kepahitan dan kecemburuan yang begitu merusak dan menghancurkan hati manusia. Ada banyak kemarahan yang membeku di antara orang-orang yang begitu sibuk untuk menghindari dosa.
“Aku mengenali si anak sulung itu di dalam diriku. Aku sering sekali mengeluh tentang adanya sedikit penolakan, sedikit ketidaksopanan, dan sedikit keteledoran. Berkali-kali aku menemukan diriku sedang mengomel, mengeluh, marah-marah, dan mengamuk untuk hal-hal ini, bahkan walaupun aku tidak bermaksud demikian.” Refleksi jujur Nouwen mengingatkan, ketika berpikir orang lain sudah terhilang, apakah kita juga menyadari bahwa kita pun adalah orang terhilang yang kadarnya mungkin lebih parah karena tidak terdeteksi secara langsung.
Saudaraku, kita bisa jadi memendam kemarahan, kepahitan, iri hati, dan kesombongan jauh di dalam hati kita. Ini sangat berbahaya karena hati adalah pusat kehidupan. Amsal 4:23 mengatakan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Hendaklah ini menjadi peringatan buat kita supaya jangan memendam semua itu, tapi serahkanlah dalam doa kepada Yesus Kristus yang akan memulihkan dan menyucikan hati Anda
Refleksi Diri:
- Apakah selama ini, disadari atau pun tidak, Anda sudah menjadi si anak sulung?
- Apa dosa terpendam yang selama ini hidup kuat di dalam diri Anda? Maukah Anda membawanya ke hadapan Tuhan Yesus yang mengasihi Anda apa adanya?