Apa Motivasi Di Hatiku?
Matius 5:1-12
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
- Matius 5:8
Alkisah, seorang Kristen ikut berpuasa bersama teman-teman persekutuannya di gereja. Sayangnya, selama ia berpuasa fokus pikirannya adalah merancang berbagai strategi bagaimana menghancurkan lawan-lawan bisnisnya. Ia memang sukses berpuasa dan merayakan keberhasilan puasanya tersebut dengan sukacita bersama teman-temannya.
Jika orang ini hidup di zaman Yesus, kemungkinan besar ia akan ditegur oleh-Nya. Yesus mengecam orang-orang yang dari luar tampak suci tapi hatinya penuh kemunafikan dan kekotoran. Sebab bagi Yesus, yang penting bukanlah apa yang masuk ke dalam mulut tetapi apa yang keluar dari mulut karena itulah yang keluar dari hati dan yang menajiskan orang (Mat. 15:17-18). Pentingnya hati telah dikemukakan sejak di Perjanjian Lama. Dalam firman-Nya kepada Samuel, Tuhan berkata, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1Sam. 16:7).
Pelayanan utama yang Yesus Kristus lakukan adalah mengubah hati para pendosa. Dia berkali-kali menyatakan hal tersebut. Ketika orang-orang menekankan, “Jangan berzinah!”, maka Yesus mengatakan, “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Mat. 5:28). Yesus juga secara terang-terangan mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.” (Mat. 23:25).
Seorang filsuf, Soren Kierkegaard, mengatakan, “Kemurnian hati adalah hanya menginginkan satu hal saja.” Tidak ada satu pun selain kita dan Tuhan yang betul-betul tahu motivasi terdalam hati kita. Seringkali apa yang kita tampilkan sebagai kasih sebetulnya adalah rasa takut, kebutuhan untuk menjadi benar, kebutuhan untuk mengontrol, dan sebagainya. Untuk bisa memiliki kemurnian atau ketulusan hati, kita perlu mengawasi motivasi terdalam diri kita dan mengubahnya jika hal itu tidak berpusat kepada Allah, kasih-Nya, dan kehendak-Nya. Mari menjaga hati kita dengan terus mengisinya dengan firman dan memohon penyertaan-Nya untuk mengawal hati kita.
Refleksi Diri:
- Bagaimana kedalaman hati dan berbagai keputusan yang sudah Anda ambil dalam seminggu ini?
- Apa yang selama ini jadi motivasi terdalam Anda ketika mengambil keputusan? Apakah sesuai dengan hati Allah atau lebih mengikuti ego diri sendiri?