Bahaya Mentalitas Orang Buangan
Yehezkiel 12:17-20
Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau.
- Mazmur 37:1-2
Tugas Nabi Yehezkiel untuk menyampaikan tanda kasih Tuhan kepada Israel belum selesai. Pada ayat 1-16 ia diperintahkan Tuhan untuk memeragakan apa yang akan terjadi kepada para pemimpin orang Israel yang masih ada di Yerusalem. Bagian Alkitab yang kita baca hari ini merupakan peragaan yang harus Yehezkiel lakukan, yang menjadi tanda dari Allah bagi orang Israel di pembuangan. Apa yang Tuhan mau sampaikan kepada mereka?
Bangsa Israel yang ada dalam pembuangan tampaknya cemburu kepada saudara sebangsanya yang tinggal di Yerusalem. Tuhan ingin orang Israel di pembuangan mengerti apa yang akan terjadi terhadap orang Israel yang masih di Yerusalem. Mereka yang berada di pembuangan merasa begitu merana, sementara yang di Yerusalem lebih beruntung. Pemahaman ini salah dan Tuhan ingin menyadarkan mereka.
Tuhan ingin mereka melihat bahwa bangsa Israel yang ada di Yerusalem akan mengalami suatu ancaman besar sehingga tidak akan hidup dengan tenang. Yehezkiel memeragakan kondisi tersebut dengan makan dan minum sambil menggigil gemetar dan hati yang cemas (ay. 18). Makan dan minum adalah tindakan mendasar untuk kebutuhan hidup sehingga menggambarkan kondisi hidup mereka. Ini mirip dengan kondisi orang Israel di Paskah pertama yang harus makan dengan “buru-buru”, yang menggambarkan kesiapan mereka untuk keluar dari Mesir (Kel. 12:11). Pada kasus orang Israel di Yerusalem menunjukkan ancaman yang akan mereka hadapi. Kondisi yang terjadi karena dosa-dosa yang mereka lakukan (ay. 19-20).
Mentalitas korban (playing victim) yang dimiliki oleh orang buangan di Babel ini hendaklah menjadi peringatan bagi orang Kristen masa kini. Mentalitas yang tidak mau mawas diri dan bertobat, melainkan selalu merasa dirinya paling sengsara dan menjadi korban dari kondisi. Karya keselamatan yang Yesus kerjakan sudah menyelamatkan orang yang percaya kepada-Nya, tetapi sikap hati yang mau terus bertobat tetap Dia inginkan (1 Yoh. 1:9). Sadarilah jika ada sikap hati yang salah, yang selalu memandang diri sebagai korban keadaan dan tidak mau bergantung kepada Tuhan. Berbaliklah dan bersandarlah sepenuhnya kepada
Tuhan Yesus.
Refleksi Diri:
- Apakah ada sikap hati Anda yang selalu merasa menjadi korban keadaan?
- Bagaimana cara praktis Anda keluar dari sikap hati tersebut dan bersandar sepenuhnya kepada Tuhan Yesus?