“Berangkat” Meninggalkan Bersama Tuhan
Kejadian 12:1-8
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat ia tujui.
- Ibrani 11:8
Pernahkah Anda berangkat ke suatu tempat tanpa mengetahui ke mana tempat yang dituju? Jika pernah, maka tidak ada jawaban masuk akal yang dapat diberikan jika seseorang menanyakan Anda tentang hal yang Anda lakukan.
Demikian pula dengan Abraham. Ia tidak mengetahui tempat yang akan dituju ketika Allah memerintahkannya berangkat dari kota kelahirannya, Ur Kasdim. Namun herannya, Abraham bersedia taat. Abraham bukannya nekat atau bertindak gegabah, menuruti kehendaknya sendiri. Ia berangkat bersama istri, para budak, dan hewan ternak yang menyertainya. Untuk berangkat sendiri saja susah, apalagi membawa banyak orang. Tentu Abraham telah berpikir dan menimbang banyak hal mengapa ia mau berangkat.
Penulis kitab Ibrani memberikan jawaban yang jelas. Abraham mau berangkat karena ia sungguh-sungguh percaya kepada Allah. Abraham adalah bapa orang beriman yang menjadi seorang pengembara yang tinggal di dalam kemah dan pengembara “rohani” dengan mata yang terarah kepada sebuah kota surgawi yang masih belum kelihatan (Ibr. 11:16). Di sini kita belajar sebuah kebenaran bahwa iman dan ketaatan tidak dapat dipisahkan, sebagaimana halnya ketidakpercayaan dan ketidaktaatan juga tidak dapat dipisahkan (Ibr. 3:18-19).
Marilah menghadap Allah dengan hati yang tulus iklas dan keyakinan iman yang teguh. Tetaplah konsisten dalam beriman kepada Allah, apa pun ujian, cobaan, dan kesulitan yang kita hadapi. Percaya dan taatlah pada firman Tuhan bahwa setiap perintah-Nya pastilah benar dan yang terbaik buat kita. Allah yang kita kenal dan sembah tidak pernah berubah. Sangatlah tidak perlu kita khawatir akan banyak hal yang belum terjadi karena Tuhan Yesus berfirman, “Janganlah kuatir akan hidupmu… dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu…” (Luk. 12:22).
Setiap kali bangun pagi, kita punya kesempatan baru untuk “berangkat” sambil membangun iman kepada Allah. Biarlah kita selalu “berangkat” dalam ketergantungan kepada Allah sehingga hidup kita akan memiliki pesona kudus yang memuaskan Kristus. Teruslah belajar untuk “berangkat” melalui keyakinan, pengakuan iman atau pengalaman kita sampai mencapai tingkat iman yang bebas hambatan antara kita dan Allah.
Refleksi Diri:
- Dalam hal apa Allah memerintahkan Anda untuk “berangkat” meninggalkan dan memulai hal baru bersama-Nya?
- Langkah konkrit apa yang Anda akan lakukan untuk membuktikan iman dan ketaatan Anda kepada Allah?