Bagikan artikel ini :

Berhala Di Hadapan Allah

Yehezkiel 6:1-14
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
- Keluaran 20:3

Penyembahan berhala merupakan satu hal yang Tuhan paling tidak sukai. Ini tercermin dalam hukum pertama dari Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:1-17). Orang Israel sebagai umat Allah sudah mengetahui tentang perintah ini, tetapi justru mereka melanggarnya dengan terang-terangan. Inilah yang ditegur oleh Nabi Yehezkiel pada bacaan Alkitab hari ini, penyembahan-penyembahan berhala yang terjadi di gunung-gunung Israel (ay. 3-4). Mengapa Tuhan begitu membenci penyembahan berhala?

Esensi dari penyembahan berhala adalah perzinahan (ay. 9). Hubungan Allah dengan orang Israel terikat dalam sebuah perjanjian, yang dimensi kesatuannya mirip dengan orang yang terikat dalam pernikahan. Yang berbeda adalah Allah dengan orang Israel bukanlah dua pihak yang sepadan seperti suami sepadan dengan istrinya. Allah mengikatkan diri-Nya dengan orang Israel, sekaligus Dia adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Namun, apa yang dilakukan oleh orang Israel? Mereka menyeleweng dengan ilah-ilah lain di gununggunung. Mezbah-mezbah yang mereka bangun di sana bukan untuk menyembah Allah,
melainkan allah-allah lain. Wajar jika Allah murka layaknya seorang suami yang diselingkuhi istrinya (ay. 5-7). Murka Allah inilah yang diperagakan oleh Yehezkiel agar bangsa yang “tersisa” dapat mengenal Allah dan kembali kepada-Nya (ay. 10-14).

Penyembahan berhala tidak hanya dilakukan secara kasat mata saja, tetapi dapat juga dilakukan secara tersembunyi, yaitu di dalam hati (Yes. 29:13). Timothy Keller menulis dalam bukunya Every Good Endeavor bahwa penyembahan berhala berarti menjadikan halhal baik menjadi yang terutama. Hal-hal baik dalam kehidupan kita pun dapat dengan mudah menjadi hal utama, menggantikan posisi Allah sebagai yang terutama dalam hidup.

Orang Kristen terikat dengan Tuhan Yesus dalam sebuah ikatan kekal. Karena itu, kita harus berhati-hati untuk tidak mengkhianati-Nya. Ikatan orang Kristen dengan Yesus lebih berharga daripada apa pun hal baik yang ada di dunia. Ingatlah, kita adalah orang-orang yang sudah menyeleweng yang disapa oleh anugerah-Nya yang membayar semua dosa dan kesalahan (Gal. 2:20). Kita yang sudah ditebus oleh Yesus, beranilah untuk mengevaluasi hati kita masing-masing. Jangan sampai ada hal-hal baik yang Tuhan sudah berikan dalam hidup kita, seperti keluarga, pekerjaan, kekayaan, dan sebagainya, menggantikan posisi-Nya yang terutama..


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda memiliki berhala dalam hati? Hal-hal baik apa yang menjadi yang terutama?
  • Bagaimana komitmen Anda untuk dapat melepaskan berhala-berhala dalam hidup?