Berhenti Melarikan Diri
Yunus 1:1-3
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
- Mazmur 139:23-24
Michael Norman adalah atlet lari berkebangsaan Amerika Serikat. Dimulai dari juara lomba lari jarak 400 meter, kemudian ia terus mencatat rekornya dalam banyak pertandingan-pertandingan besar lainnya. Hingga pada tahun 2020, Norman dinobatkan sebagai pelari tercepat jarak 100 meter di dunia. Olahraga lari mungkin bukan hobi atau pekerjaan kita. Namun, bukankah dalam kehidupan kita sedang/pernah mengalami masa-masa di mana kita merasa ingin pergi dan “berlari” jauh? Entah kita mau berlari dari masalah, dari kesulitan hidup atau bahkan dari panggilan Allah.
Yunus dipanggil dan diutus Allah untuk menyampaikan seruan pertobatan bagi bangsa yang jahat di kota Niniwe. Penduduk kota ini digambarkan seperti orang-orang Sodom dan Gomora yang hidup dengan sesuka hati, menyembah berhala, dan melakukan tindakan-tindakan amoral. Namun, bukannya menaati perintah Allah, Yunus malah melarikan diri ke Tarsis. Tarsis adalah daerah yang jauh dan berlawanan arah dengan kota Niniwe. Ketika Yunus melarikan diri ke Tarsis, ia sebenarnya sedang melarikan diri dari panggilan Allah terhadap dirinya sendiri. Yunus mengira dengan melarikan diri dapat membuat Allah membatalkan perintah-Nya.
Mengapa Yunus mati-matian melarikan diri dari panggilan Tuhan? Motivasi Yunus menolak perintah Allah adalah kemarahannya terhadap Allah karena tidak jadi membinasakan kota Niniwe (Yun. 4:1). Yunus membenci Niniwe karena penduduknya adalah keturunan Asyur yang merupakan musuh bebuyutan bangsa Israel. Inilah latar belakang kenapa Yunus enggan untuk berhubungan dengan orang-orang Niniwe, apalagi sampai harus memberitakan firman Allah kepada mereka. Menurut pemikiran Yunus akan lebih baik jika kota Niniwe tidak bertobat sehingga hukuman Allah turun atas mereka. Respons Yunus menolak panggilan Allah adalah motivasi hati yang salah, yaitu kebencian terhadap musuh, padahal Allah menginginkan keselamatan bagi segala bangsa.
Tuhan Yesus memanggil setiap kita untuk melakukan pelayanan yang Dia percayakan. Ketika kita menolak panggilan Allah atau tidak ikut ambil bagian dalam pelayanan, apakah penolakan tersebut didasari motivasi yang tepat atau motivasi lain (kebencian, ketakutan atau kenyamanan diri) yang tersembunyi yang tidak berkenan di hadapan-Nya? Mari mengevaluasi diri dan memperbaiki motivasi kita dalam melayani Tuhan.
Refleksi Diri:
- Apa yang membuat Anda menolak pelayanan yang telah dipercayakan Tuhan kepada Anda?
- Bagaimana motivasi Anda selama ini dalam melakukan pelayanan? Apakah motivasi tersebut berkenan di hadapan Tuhan Yesus?