Bagikan artikel ini :

Berjumpa Dengan Kemuliaan Tuhan

Yehezkiel 1:4-28

Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud,
lalu kudengar suara Dia yang berfirman.
- Yehezkiel 1:28

"Di manakah Tuhan? Jika aku tidak dapat melihat-Nya dengan mata kepalaku atau mendengar suara-Nya dengan telingaku sendiri, aku tidak akan percaya Tuhan ada.” Perkataan ini adalah salah satu tantangan dari orang ateis kepada orang Kristen untuk membuktikan keberadaan Tuhan yang susah dijawab. Kita tidak perlu terburu-buru untuk mencari pembuktiannya, tetapi marilah melihat pengalaman yang diminta lebih dalam. Apakah manusia sebagai ciptaan mampu berhadapan langsung dengan Tuhan sebagai Pencipta? Seperti apa pengalaman bertemu dengan Tuhan?

Nabi Yehezkiel diizinkan Tuhan untuk mendapatkan penglihatan tentang Tuhan dan ia dapat menuliskannya dengan cukup detail, tetapi tetap tidak dapat mencakup Tuhan secara penuh. Bahasa manusia atau objek dalam dunia ciptaan Tuhan tidak dapat menggambarkan-Nya secara utuh. Karena itu, dalam penglihatannya Yehezkiel menggunakan banyak sekali kata “seperti” dan “menyerupai”. Memang ada beberapa aspek ciptaan yang dapat menyerupai Tuhan serta malaikat-Nya, tetapi tetap tidak ada yang sepadan. Tantangan dari orang ateis mengenai bukti keadaan Tuhan bukanlah sebuah kerinduan tulus ingin mengenal-Nya, melainkan sebuah teriakan kesombongan dari seorang ciptaan belaka. Lalu, bagaimana kita harus menyikapi tentang kehadiran Tuhan di dunia ini?

Kehadiran Tuhan di dunia sudah dinyatakan secara gamblang melalui kelahiran Tuhan Yesus ke dunia. Dia adalah pemenuhan dari janji Imanuel, “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23). Alkitab mengajarkan kita harus merespons kehadiran-Nya dengan iman, seperti kita juga diselamatkan hanya oleh iman (Ibr. 11:6; Ef. 2:8-9). Respons iman yang tepat kepada Tuhan adalah dengan bertelut merendahkan diri di hadapan-Nya dan menyadari kita adalah ciptaan berdosa yang beroleh anugerah (Yeh. 1:28; bdk. Ayb. 42:5-6; Yes. 6:5; Dan. 10:8-9).

Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29b). Ya, jika kita sekarang tetap percaya Tuhan meski tidak mampu membuktikan kehadiran-Nya lewat panca indera manusia, kita patut berbahagia. Hal tersebut adalah bukti dari iman yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita. Jalanilah hidup dengan penuh rasa takut akan Tuhan. Mari buktikan kehadiran-Nya melalui hidup kita yang sudah menerima limpahan anugerah dari-Nya.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sekarang tetap percaya bahwa Tuhan ada dan terus menyertai Anda?
  • Siapa orang-orang yang meragukan keberadaan Tuhan di sekitar Anda? Bagaimana Anda akan menyatakan keberadaan Tuhan kepada mereka?