Berkata-kata tentang Injil
2 Korintus 4:1-15
Namun karena kami memiliki roh iman yang sama seperti ada tertulis: “Aku percaya sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata (laleo).
- 2Korintus 4:13
Ayat ini merupakan tekad Paulus, yaitu apa yang diimani harus dikatakan dan diberitakan. Laleo adalah kata-kata yang diucapkan dengan penuh keyakinan, dengan baik dan dengan maksud menjadi berkat. Semua kata-kata tersebut lahir karena keyakinan akan pendengaran firman Tuhan, dari pengetahuan iman, dan dari pengalaman hidup bersama Yesus. Sifat laleo adalah kata-kata yang diucapkan tersebut haruslah menghujam lembut jauh ke dalam hati dan berdaya ubah.
Itu sebabnya Paulus terus memberitakan keyakinan imannya kepada Tuhan Yesus. Iman yang timbul karena pendengaran, pengetahuan, serta pengalamannya bersama Yesus. Itu yang selalu diberitakan dan diajarkannya kepada semua orang. Saya sering menulis renungan untuk dibagikan melalui WhatsApp dan disebarkan ke beberapa grup dan lintas wilayah. Saya menulis karena ingin tulisan saya menjadi berkat. Namun, kata-kata dalam renungan hanyalah tulisan semata, bukan arti sebenarnya dari laleo. Yang dimaksud laleo oleh Paulus adalah berkata-kata secara verbal. Kata-kata yang diucapkan secara lisan kepada orang lain.
Setelah berkata-kata melalui tulisan, saya selalu bertanya kepada diri sendiri, bagaimanakah agar diri saya menjadi “pelaksana firman”? Karena peran sebenar seorang misionaris pewarta Injil adalah orang-orang yang melaksanakan apa yang mereka wartakan. Itulah yang mendorong saya mengabarkan Injil secara pribadi kepada satu sampai lima orang setiap minggunya. Walau mungkin sebagian besar belum menjadi percaya, tapi ada saja setiap tahun orang yang menjadi percaya, menerima Yesus, dan dibaptis. Kerinduan terbesar saya adalah mendengar nyanyian para malaikat. Saat satu orang menjadi percaya, ada seribu malaikat bersorak sorai.
Gereja akan menjadi gereja yang sesungguhnya jika melakukan misi laleo, berkata-kata, menyebarkan keselamatan, dan memberikan kesaksian iman yang telah ia terima dan alami. Tanpa laleo, tanpa berani berkata-kata untuk menjangkau jiwa, kita hanyalah segerombolan orang, bukan gereja, bukan pengurus yayasan misi, bukan orang Kristen sejati! Menjadi misionaris yang ber-laleo ialah hakikat kita sebagai anggota Gereja Kristus.
Salam laleo.
Refleksi Diri:
- Sudahkah Anda sungguh mengimani Yesus sebagai Tuhan? Maukah Anda mengatakan apa yang Anda imani?
- Bagaimana sumbangsih Anda sebagai jemaat gereja, dalam berkata-kata untuk menjangkau jiwa?