Bertanding Sampai Akhir
2 Timotius 4:1-8
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
- 2 Timotius 4:7
Pada Olimpiade Meksiko 1968, seorang pelari marathon mencuri perhatian publik. Atlet Tanzania, John Stephen Akhwari, tidak berhasil meraih medali pada kejuaraan tersebut. Ia malah jadi peserta terakhir yang mencapai finish.
Menurut catatan sejarah, tidak ada pelari yang begitu lambat seperti Akhwari tiba di garis akhir. Namun, kenapa Akwari mencuri perhatian?
Jadi saat pertandingan, kaki Akhwari terluka tapi ia tetap berlari dengan kaki yang berdarah dan dibalut perban. Saat ditanya oleh wartawan, mengapa ia terus melanjutkan pertandingan dengan kaki terluka, jawabnya, “Negara saya tidak mengirim saya ke Meksiko hanya untuk memulai perlombaan. Mereka mengirim saya untuk menyelesaikan pertandingan.” Akhwari mengerti tujuannya datang ke Meksiko bukanlah untuk berwisata, tetapi untuk berlomba dan tidak memalukan negaranya. Akhwari tidak mencari-cari alasan berhenti di tengah pertandingan.
Jauh sebelum Akwari hidup, ada seorang rasul bernama Paulus yang juga berlomba dalam pertandingan iman. Pertandingannya juga tidak berjalan mulus. Dia pernah dipenjara, dihina, mengalami kesusahan ekonomi, dan banyak hal lain yang bisa buat ia berhenti dalam melayani Tuhan. Namun, ia tak pernah berhenti. Rasul Paulus mengatakan, “… darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir ...” (ay. 6-7). Garis akhir pelayanan Paulus adalah nyawanya. Pertandingan berakhir ketika denyut nadinya sudah berhenti. Mengakhiri pertandingan dengan baik bagi seorang pelayan Tuhan adalah sampai tetes darah terakhir. Yesus pun menyelesaikan pelayanan di dunia, di atas kayu salib ketika berkata, “Sudah selesai.”
Yesus menginginkan kesetiaan dari anak-anak-Nya, tidak berhenti di tengah jalan meskipun ada kesulitan-kesulitan. Mungkin Anda dulunya seorang yang melayani Tuhan tetapi berhenti karena kekecewaan. Atau Anda merasa tua dan sudah waktunya pensiun melayani Tuhan. Barangkali Anda selama ini merasa cukup sebagai jemaat tanpa mau melayani. Semua itu bukan alasan yang tepat. Mari bangkit, semangat melayani Tuhan kembali. Sampai kapan? Sampai maut menjemput kita. Di hari kita masih bernafas, masih ada pertandingan iman, kita masih tetap melayani-Nya.
Refleksi Diri:
- Apa saja alasan seseorang bisa berhenti melayani Tuhan?
- Mengapa seseorang harus terus melayani Tuhan sampai akhir hidupnya?