Biasa Itu Tidak Biasa
Markus 10:1-9
Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
- Markus 10:1
Saudara mungkin menyadari bahwa ada kebiasaan baru beberapa tahun belakangan ini kalau orang ditanya, “Apa kabar?” Jawabnya bukan, “Kabar baik” tetapi “Luar biasa!” Jawaban ini dipopulerkan oleh para motivator agar orang selalu bersikap positif terhadap keseharian hidupnya, menganggap setiap hari atau setiap saat sebagai pengalaman yang luar biasa. Lalu, kalau setiap saat Anda rasa sebagai saat yang “luar biasa”, kapan Anda merasa “biasa saja”? Sejujurnya, kebanyakan saat atau hari yang kita lewati sifatnya “biasa saja”, bukan? Mengapa yang biasa harus disebut “luar biasa” hanya supaya kita berbersemangat? Dalam Markus 10:1 diceritakan tentang Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan “seperti biasa Dia mengajar mereka pula”. Frase “seperti biasa” menyatakan hal yang menjadi kebiasaan Yesus, yaitu mengajar. Walaupun hal biasa, bagi Yesus, mengajar bukan perkara yang tidak penting atau kalah penting dibandingkan dengan membuat mukjizat. Justru mengajar adalah salah satu pelayanan penting Yesus. Ia menganggap penting yang “biasa” itu. Yang “biasa” tetap dilakukan-Nya dengan sungguh-sungguh karena Yesus tahu Dia sedang melakukan misi Bapa.
Jika hari-hari yang Anda lalui terasa biasa, tidak perlu merasa bosan atau merasa tidak berharga. Memang hidup seperti itu. Hal-hal istimewa atau luar biasa itu hanya sesekali terjadi. Kalau hal luar biasa terus-terusan terjadi, maka hal itu akan jadi biasa, bukan? Yang perlu berubah adalah sikap kita terhadap yang biasa itu. Sikapi dengan bersyukur karena di dalam hal-hal biasa pun Tuhan menyatakan berkat-Nya. Sikapi dengan bertanggung jawab karena urusan atau pekerjaan biasa pun adalah pekerjaan Tuhan (Kol. 3:23). Sikapi dengan bersemangat karena kita percaya Tuhan bersama kita dalam setiap pengalaman hidup kita.
Selamat menjalani hari yang biasa!
Refleksi diri:
- Apa hal-hal biasa dalam keseharian Anda yang tanpa sadar merupakan pekerjaan Tuhan juga?
- Bagaimana Anda biasanya menyikapinya? Sekarang setelah membaca renungan ini, bagaiman respons Anda?