Bibir Yang Memanggil Tuhan
Zefanya 3:9-10
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?
- Roma 10:13-14
Anda yang sering membaca dan merenungkan kitab nabi-nabi tentunya akan menemukan pola yang seringkali muncul, yakni sesudah pengumuman mengenai penghukuman dan kehancuran, nubuatan para nabi diakhiri dengan berita anugerah, yakni Tuhan akan memberikan pemulihan.
Demikian pula dengan kitab Zefanya. Namun, ada satu hal yang menarik di sini. Pada umumnya, Tuhan akan memberitakan pemulihan umat-Nya dulu, baru sesudah itu diikuti pemulihan bangsa-bangsa lain. Kenyataannya, terjadi hal yang sebaliknya dalam kitab Zefanya. Bagian yang kita baca, yakni berita anugerah yang pertama ditujukan kepada bangsa-bangsa lain dahulu! Tuhan mengatakan bahwa Dia akan memberikan bibir yang memanggil nama Tuhan sehingga mereka dapat beribadah dan memberikan persembahan kepada satu-satunya Allah yang benar.
Kita tahu bagian ini telah digenapi. Mengapa? Karena kita, orang-orang non-Yahudi, orang-orang yang tergolong sebagai bangsa lain, kini berdoa memanggil nama Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Kita memberikan persembahan, tidak hanya berupa materi, tetapi juga segenap keberadaan kita kepada-Nya!
Sebagaimana keadilan Tuhan tidak pandang bulu, demikian pula anugerah-Nya. Fakta bahwa Kerajaan Yehuda adalah kerajaan yang dipilih Tuhan tidak membuat mereka luput dari keadilan-Nya. Sebaliknya, fakta bahwa kita adalah golongan bangsa-bangsa lain tidak membuat Tuhan melupakan kita.
Sayang sekali, anugerah yang indah ini belum didengar dan diterima semua orang. Lebih ironis lagi, mungkin mereka adalah orang-orang yang sebenarnya dapat kita jangkau. Di manakah mereka? Mungkin asisten rumah tangga kita? Mungkin orangtua atau saudara- saudara kita? Mungkin karyawan atau rekan kerja kita? Teman kuliah? Teman main bulu tangkis?
Kita berutang kepada orang-orang yang darinya kita mendengar Injil, mulai dari para rasul dan martir di zaman gereja mula-mula yang rela mati demi Injil, para reformator yang dengan gigih menyuarakan Injil yang benar, dan para misionaris yang pergi jauh-jauh untuk menyampaikan Injil di tanah air kita. Satu-satunya cara bagi kita untuk membalas mereka adalah dengan meneruskan Injil yang kita terima.
Refleksi Diri:
- Siapa orang-orang di sekeliling Anda yang belum menerima Injil?
- Apa hambatan Anda dalam mengabarkan Injil kepada mereka? Apa Anda sudah meminta hikmat Yesus, kapan dan bagaimana cara menyampaikannya?