Buruk Rupa Cermin Dibelah
Maleakhi 2:17-3:5
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
- Mazmur 139:23-24
Tuhan berkali-kali memperingatkan bangsa Israel akan kesalahan mereka. Kadang Dia menghukum mereka, misalnya dengan membuang mereka ke negeri yang asing. Alih-alih bertobat, mereka masih melihat diri mereka sebagai orang baik dan menggerutu mengapa Tuhan tidak menghukum orang-orang jahat (2:17), dalam hal ini adalah bangsa-bangsa asing yang telah menjajah mereka. Pepatah: buruk rupa cermin dibelah, sungguh tepat menggambarkan sikap bangsa Israel ini.
Di ayat-ayat selanjutnya, Tuhan menjawab gerutu mereka dengan berfirman bahwa Dia akan mengirim dua orang utusan. Utusan yang pertama akan mempersiapkan jalan bagi Utusan Kedua (3:1), dan Utusan Kedua inilah yang akan menyucikan orang-orang Israel seperti tukang pemurni logam (3:2-3). Meski menggunakan kata “Malaikat Perjanjian”, kita tahu bahwa Utusan Kedua ini tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan Yesus sendiri. Kata “malaikat” di dalam bahasa Ibrani dapat secara umum berarti utusan. Apa maksud jawaban ini? Maksudnya, orang-orang Israel sendiri juga adalah orang jahat! Mereka tidak seharusnya menyalahkan bangsa-bangsa lain, lebih-lebih menyalahkan Tuhan. Mereka pun butuh dimurnikan dari dosa-dosa mereka.
T.S. Eliot di dalam karyanya The Cocktail Party menceritakan tentang seorang wanita yang datang ke psikiater dan menceritakan penderitaannya. Di akhir sesi pertemuan, wanita itu mengatakan bahwa ia berharap penderitaan yang dialaminya disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Si psikiater terkejut dan bertanya mengapa. Wanita tersebut menjawab, jika penyebab penderitaannya adalah kesalahannya sendiri, ia masih bisa memperbaiki diri. Namun jika penyebabnya adalah orang lain, dunia ini, atau bahkan Tuhan yang salah, celakalah ia. Ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaiki keadaannya. Terkadang kita dengan cepat menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan, atau bahkan Tuhan untuk keadaan buruk yang menimpa kita. Sebagai orang Kristen, kita bahkan bisa menipu diri dengan mengatakan, “Ini salib yang harus aku pikul.” Siapa bilang? Kadang, seperti orang Israel, kitalah yang bersalah. Namun, kenyataannya justru sebuah kabar baik karena ini berarti kita dapat memperbaiki keadaan kita dengan pertolongan Tuhan Yesus yang memurnikan kita.
Refleksi diri:
- Pernahkah Anda menyangkal teguran yang Anda terima dengan menyalahkan orang lain, keadaan atau bahkan Tuhan?
- Apakah Anda sudah mencoba sadar akan kelemahan-kelemahan tersebut dan meminta Yesus memurnikan Anda?