Buta hati
Matius 11:20-24
Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan,
- Kisah Para Rasul 3:19
Ngga peka.” Itu ucapan yang sering kita katakan kepada orang yang tidak punya perasaan atau kepekaan terhadap penderitaan orang lain. Ucapan itu juga dapat dikatakan pada orang yang tidak berespons meskipun sudah diberi peringatan atau teguran. Orang yang tidak peka bisa berlaku masa bodoh dan cuek terhadap teguran. Beberapa orang menganggap “angin lalu” atas peringatan yang disampaikan seseorang. Karena itu, mereka sering disebut “buta hati”.
“Ngga peka” tepat disematkan kepada penghuni kota-kota yang disebut Tuhan Yesus dalam perikop di atas. Mereka tidak bertobat meskipun sudah banyak menyaksikan dan mengalami mukjizat yang dilakukan Yesus di sana. Tuhan Yesus membandingkan keadaan mereka dengan kota-kota fasik lainnya. Bahkan pada puncak perbandingan, Yesus menyebut Sodom. Kota tersebut pasti masih berdiri jika terjadi mukjizat-mukjizat seperti yang dilakukan Yesus di Kapernaum. Padahal kita tahu betapa jahatnya Sodom pada masa itu!
Ada orang mengatakan bahwa ia akan bertobat jika mendapat mukjizat. Nyatanya hal itu tidak benar. Banyak orang sudah mengalami mukjizat pun tidak bertobat, atau “tomat” (bertobat dan kembali kumat). Persoalannya tidak terletak pada ada tidaknya mukjizat, tetapi pada kesadaran diri. Ketika seseorang mengeraskan hati (seperti Firaun yang sudah melihat banyak mukjizat), maka mukjizat apapun tidak akan menobatkannya. Pertobatan hanya terjadi oleh dua faktor: pekerjaan Roh Tuhan dan kesadaran diri. Kesadaran diri pun hanya terjadi jika Tuhan mengerjakan hal itu dalam diri manusia.
Oleh sebab itu, sering-seringlah berdoa minta Tuhan menegur Anda. Tentu tidak perlu meminta teguran dalam wujud mendengar suara Allah secara langsung. Tuhan bisa menegur Anda melalui khotbah, pembacaan Alkitab, doa, bahkan peristiwa hidup sehari-hari. Bersikaplah rendah hati. Selalu memasang telinga yang mau mendengar. Seorang anak balita pun bisa menjadi sarana Tuhan untuk membawa pertobatan dalam hidup Anda. Berdoalah agar Anda semakin hari semakin peka terhadap suara-Nya sehingga Anda juga bisa terhindar dari dosa. Berdosa itu manusiawi, tetapi terus-terusan berdosa tidak lagi mencerminkan siapa kita sebagai umat tebusan Kristus.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah mengalami teguran Tuhan? Dalam hal apa? Melalui siapa/apa?
- Apa yang Anda akan lakukan untuk melatih kepekaan mendengar suara Tuhan?