Cari Damai Gak Dapat Damai
1 Samuel 27:1-12
Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
- Amsal 16:25
Tak tahan terus jadi buronan Saul dan ingin hidup damai, Daud akhirnya menyingkir ke negeri orang Filistin, musuh bebuyutan Israel. Niatnya untuk mendapat hidup damai, tetapi apakah dengan meninggalkan tanah warisan Tuhan menjadikan hidupnya damai? Memang Daud mendapat damai dalam arti bebas dari kejaran Saul, tetapi ia harus menghadapi masalah baru yang membuat hidupnya tidak lebih baik.
Pertama, untuk dapat diterima Akhis, raja orang Filistin, ia harus memerankan diri seolah musuh bangsanya sendiri. Ini tentu sikap yang tidak patriotik. Selain itu, dengan meninggalkan tanah Israel, ia telah melakukan apa yang sebetulnya tidak dikehendaki oleh dirinya sendiri (1Sam. 26:19), meskipun ia tidak menyembah ilah orang Filistin. Apa yang ia tidak harapkan dari Saul, yaitu mengusirnya dari tanah Tuhan, justru dilakukan terhadap dirinya sendiri. Apakah ini jalan menuju damai sejahtera yang benar?
Kedua, untuk menopang hidupnya di Filistin, Daud membunuh dan menjarah kota-kota lain di tanah Filistin. Ia menjadi perompak. Tak seorang pun dibiarkan hidup agar tidak ada yang melapor kepada Akhis. Ketika Akhis bertanya kepadanya telah menyerbu ke mana, ia mengelabuinya dengan mengatakan bahwa yang dijarah adalah wilayah orang Israel dan bangsa lain. Alhasil, Akhis semakin percaya bahwa Daud berpihak kepadanya. Menurut Anda, apakah Daud merasa damai hidup dengan cara hidup penuh tipu-tipu dan kekerasan? Apakah ini jalan hidup yang dikehendaki Tuhan?
Apa yang kita sangka bisa membebaskan kita dari suatu masalah, bisa jadi membawa kita pada masalah baru yang tak kalah rumitnya, yaitu ketika kita menyelesaikan masalah itu dengan mengabaikan kehendak Tuhan atas hidup kita. Dengan meninggalkan tanah Israel, Daud berpikir akan bebas dari masalah yang dihadapinya dan hidup damai. Nyatanya tidak. Solusi yang dianggap benar justru menjadi salah di hadapan Tuhan. Solusi yang dianggap membawa damai justru membawa sengsara yang baru. Karena itu, berhati-hatilah dalam menghadapi masalah Anda. Bijaklah dalam mencari solusi dan melangkah agar jangan sampai solusi yang Anda pikir lebih baik ternyata lebih buruk daripada masalah yang semula.
Utamakanlah selalu kehendak Tuhan Yesus atas hidup Anda.
Refleksi Diri:
- Bagaimana cara Anda selama ini dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu masalah?
- Apakah Anda sudah mendoakannya di hadapan Tuhan Yesus dan mencari dengan sungguh-sungguh kehendak-Nya?