Dalam Genggaman Tangan
Pengkhotbah 4:6; 6:9
Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.
- Pengkhotbah 4:6
Sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris berbunyi demikian: seekor burung di dalam genggaman tangan sama nilainya dengan dua ekor burung di semak-semak (bird in the hand is worth two in the bush). Peribahasa ini berarti bahwa sesuatu yang sudah ada di tangan kita, meski sedikit, lebih berharga daripada yang banyak, tetapi masih dalam pengejaran. Ayat yang kita baca hari ini memiliki pemahaman yang sama.
Pada ayat sebelumnya, Raja Salomo mengecam orang-orang malas. Di ayat ini, ia sebaliknya mengecam mereka yang terlalu berjuang mendapatkan sesuatu yang besar, sampai-sampai tidak dapat menikmati yang sudah dimiliki, meski jumlahnya tidak banyak. Bagi Salomo, yang mereka lakukan adalah usaha menjaring angin. Pesan yang sama juga Salomo sampaikan di Pengkhotbah 6:9, “Lebih baik melihat daripada menuruti nafsu.” Maksudnya adalah lebih baik menikmati dan mensyukuri apa yang terlihat saat ini, daripada mengejar ambisi yang tidak tahu kemana akan bermuara.
Kita memang harus bekerja sebaik-baiknya. Jika karier kita melejit, tentu baik bukan? Terutama saat kita mencapainya dengan kejujuran dan integritas, Tuhan pun akan dipermuliakan. Masalahnya, budaya kerja di zaman modern ini terlalu kompetitif. Anda mendapat tekanan untuk tidak hanya menyamai, tetapi juga melebihi kinerja rekan kerja atau kompetitor Anda. Pertanyaannya, siapa yang memberikan tekanan seperti ini, yang merampas sukacita dan ketenangan, serta membuat Anda bekerja seperti keledai? Bos atau manajer mengeksploitasi Anda? Jika ya, mungkin Anda harus mulai belajar bernegosiasi untuk tuntutan kerja Anda. Jika bukan, maka yang merampas ketenangan itu adalah Anda sendiri! Anda yang terlalu kompetitif dan perfeksionis. Anda yang terus-menerus ingin mendaki mencapai puncak, tanpa memedulikan kesehatan jiwa dan raga Anda, relasi Anda dengan keluarga, dan bahkan hubungan Anda dengan Tuhan yang menganugerahkan Sabat untuk beristirahat.
Tuhan Yesus semasa pelayanan-Nya mungkin adalah orang tersibuk di dunia. Dia mengajar dan melakukan mukjizat, pergi dari satu tempat ke tempat lain, mengusir setan, dan sebagainya. Meski demikian, Dia tetap memiliki waktu tenang (Mat. 14:13; Mrk. 6:30- 32; Luk. 5:16; 6:12-13; 22:39-44).
Jika Anak Allah saja membutuhkan ketenangan di tengah kesibukan-Nya, masakan Anda tidak?
Refleksi Diri:
- Seberapa kompetitifkah Anda dalam pekerjaan/bisnis Anda? Apakah hal ini berdampak negatif terhadap kesehatan, relasi, atau pelayanan Anda?
- Seberapa sering Anda meluangkan waktu untuk tenang dan beristirahat?