Di Balik Hukuman, Ada Kasih Allah
Amos 3:1-8
Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.
- Amos 3:7
Pada tahun 1970, Louis Taylor (16 tahun) dituduh menjadi dalang pembakaran Hotel Pioneer, Amerika Serikat. Louis bingung atas tuduhan yang diarahkan ke- padanya sebab saat kejadian, dirinya hanya mau menyelamatkan orang-orang yang terjebak kobaran api. Tidak ada yang mengingat aksi heroik yang dilakukannya. Masyarakat mendesak keadilan atas 29 korban tewas dalam insiden tersebut. Hukum ditegakkan dan Louis dinyatakan bersalah oleh hakim dengan hukuman penjara seumur hidup. Setelah 42 tahun menjalani hukuman, diadakan penyelidikan ulang. Ternyata tidak ditemukan bukti kuat atas hukuman Louis. Persidangan dibuka kembali dan akhirnya Louis dibebaskan. Ironis, orang yang tak bersalah dihukum.
Keadilan yang ditegakkan manusia terkadang bisa salah dan tanpa kasih, tetapi berbeda dengan Allah. Hukuman yang diterapkan Allah niscaya adil dan di dalamnya terdapat kasih. Ayat emas di atas mencatatkannya.
Bangsa Israel telah membelakangi Allah. Mereka pada masa itu sebetulnya sedang mengalami kemakmuran dan kejayaan tapi hidup di dalam dosa penyembahan berhala. Sebelum menyatakan keadilan, Allah terlebih dahulu mengutus Nabi Amos untuk memberitahukan hukuman-Nya. Melalui Amos, Allah memperingatkan bangsa Israel, apa yang akan terjadi jika mereka tidak bertobat. Ibarat singa mengaum, seharusnya orang takut mendengar aumannya (ay. 4).
Begitu juga kalau Tuhan sudah memperingatkan, seharusnya orang bertobat, taat, dan mendengarkan-Nya. Hukuman Allah itu adil dan pasti terjadi. Dia tidak akan menghukum bila tidak ada sebab. Allah juga tidak dapat dikambinghitamkan atas hukuman tersebut karena sebelum menghukum Dia telah memberi peringatan. Kisah Yudas Iskariot dapat dijadikan contoh peringatan Allah atas hukuman.
Sebelum berkhianat dengan menjual Sang Guru kepada imam dan ahli Taurat sebesar tiga puluh keping perak, Yesus telah memperingatkan Yudas. Dia berkata, “Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku, yaitu dia yang makan dengan Aku.” Kisah hidup Yudas berakhir menyedihkan karena tidak ada pertobatan. Ia dikejar-kejar rasa bersalah dan akhirnya bunuh diri. Ini pun bisa merupakan hukuman Allah.
Di dalam menegakkan hukuman-Nya yang adil, ada kasih Allah mendahului. Dia bisa memperingati seseorang dengan berbagai macam cara. Melalui khotbah, renungan firman Tuhan, kejadian, orang lain, dan sebagainya. Bila Anda bersalah, akui dan bertobatlah.
Refleksi Diri:
- Renungankanlah, apakah ada perbuatan dosa yang Anda lakukan beberapa waktu terakhir ini?
- Apakah Anda pernah mendapat peringatan atas dosa yang Anda perbuat? Segera akui dan bertobatlah.