Dicaci tak mencaci
2 Samuel 16:5-13
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
- 1 Petrus 2:23
Bagaimana perasaan Anda ketika dicaci maki bahkan dikutuk seseorang? Saya pikir tidak mudah menerima caci maki, apalagi kutukan. Seseorang bisa sangat marah bahkan melakukan tindak kekerasan karena tersinggung oleh caci maki orang lain. Keadaan itu semakin tidak mudah diterima jika kita merasa harga atau kehormatan diri kita dicemarkan.
Dalam pelarian karena pemberontakan anaknya, Absalom, Daud mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Alih-alih memperoleh dukungan dari rakyatnya, ia malah mendapatkan cercaan. Seorang kerabat dari mantan Raja Saul, bernama Simei, mendatangi dan mengutukinya (ay. 5). Tidak hanya secara verbal, Simei bahkan melempari Daud dengan batu (ay. 6). Seorang raja dilempari batu, hmmm.. sungguh perbuatan yang tidak pantas. Memang, kerabat mantan Raja Saul masih belum bisa move on. Simei, salah seorang di antaranya, masih menyimpan marah dan dendam kepada Daud yang dianggap telah merebut tahta Saul. Namun, apa pun alasannya, tindakan mengutuk bahkan melempari Daud adalah tindakan tercela.
Bagaimana respons Daud? Daud tidak marah. Daud menyerahkan segala persoalan kepada Tuhan. Ia sangat percaya pada pengaturan Tuhan atas hidupnya.
Kalau semua yang terjadi itu adalah kehendak Tuhan, mengapa harus menolak? Iman Daud kepada Tuhan, lebih besar daripada rasa luka karena caci maki manusia. Hal kedua yang menjadi alasan Daud tidak membalas caci maki Simei adalah cara pandangnya yang positif. Pada ayat 11, ia berkata, “Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini!” Bagi Daud, perbuatan Simei tidak ada apa-apanya dibanding usaha Absalom untuk membunuh dan merebut tahtanya. Jika anaknya, darah dagingnya sendiri ingin mencabut nyawanya, maka sekadar caci maki dan lemparan batu kecil dari seorang kerabat mantan Raja Saul yang memang sejak masih hidup memusuhinya, tidaklah berarti apa-apa bagi Daud.
Saat Anda berada dalam posisi yang mirip seperti Daud, tak bersalah tetapi tiba-tiba dicaci maki orang, taruhlah perasaan marah, mungkin dendam itu, ke tangan Tuhan. Belajarlah dari teladan Daud, tidak membalas tapi menyerahkan cacian itu kepada Tuhan yang akan melepaskan rasa sakit Anda.
Refleksi Diri:
- Setelah mengetahui kebenaran ini, bagaimana Anda akan merespons orang yang mencaci maki Anda?
- Sudahkah Anda berdoa menyerahkan kemarahan atau dendam Anda kepada Tuhan?