Digerakkan Oleh Perasaan
Efesus 4:17-24
Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
—Efesus 4:19
Saya sedang tidak mood bekerja.” Pernahkah Anda mendengar kalimat ini? Mungkin Anda sendiri pernah mengatakannya. Ketika mengamati orang-orang di sekitar, kita akan menemukan momen-momen tertentu dimana mereka membuat keputusan dengan sangat dipengaruhi oleh perasaan, tidak terkecuali dengan orang Kristen.
Perasaan kadang menjadi begitu penting dan menjadi alasan bagi begitu banyak orang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang benar dan baik di mata Allah. Ketika ditanya tentang alasan mereka bercerai, “Saya sudah tidak merasakan cinta lagi.” Ketika ditanya tentang mengapa mereka tidak melakukan sesuatu yang bisa membangun iman mereka, “Saya sedang merasa malas untuk bangun dan berdoa/membaca Alkitab/pergi ke gereja.”
Namun, kita perlu menyadari bahwa perasaan dan keinginan hati kita kemungkinan besar menipu kita. Yeremia 17:9 berkata, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Hati manusia tidak dapat dipercaya. Hati kita telah tercemar oleh dosa sehingga begitu mudah dikuasai oleh hawa nafsu dan keinginan duniawi. Jika tidak dijaga dengan baik, hati kita akan mudah tercemar dan terjebak dengan pemikiran-pemikiran yang menyesatkan. Lalu, siapa yang dapat dipercaya untuk menjaga hati kita? Yesus yang dapat kita percaya. Firman Allah dapat kita percaya. Roh Kudus dapat kita percaya.
Banyak orang yang mengikuti perasaannya begitu saja. Mereka tidak begitu memahami apa yang Allah firmankan melalui Kitab Suci-Nya atau mengenal tentang siapa Yesus, serta mengikuti suara Roh Kudus. Kita tidak seharusnya percaya kepada Allah dengan mengandalkan perasaan kita saja. Kita percaya kepada Allah karena memiliki iman dan pengharapan di dalam Kristus dan firman-Nya. Allah telah nyata-nyata berkarya untuk menyediakan keselamatan bagi kita melalui Kristus Yesus, itulah pengharapan kita. Iman dan pengharapan inilah yang seharusnya menjadi penggerak dalam hidup, bukan perasaan kita. Ketika kita memegang teguh iman percaya kepada Kristus, kita akan dimampukan melakukan apa yang Allah kehendaki.
Refleksi Diri:
• Apa yang dapat Anda lakukan agar tidak mudah dipengaruhi oleh perasaan ketika mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah?
• Bagaimana sekarang Anda akan bersikap ketika perasaan tidak mood sedang melanda Anda?