Dimurnikan seperti perak
Mazmur 66:8-12
Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia.
- Mazmur 66:5
Mungkin Anda pernah mendengar selentingan kalimat berikut, “Kesusahan kita ngga seberapa. Coba lihat orang itu, ngga punya rumah, hidup menggelandang. Kita diberi rumah lengkap dengan segala isinya. Maka-nya itu bersyukurlah!” Atau, “Lihat tuh orang itu sudah ngga punya papa, kamu masih untung orangtuanya lengkap. Bersyukur makanya…” dan masih banyak kalimat-kalimat sejenis lainnya. Anda setuju dengan pernyataan-pernyataan tersebut? Ini konsep pemikiran yang keliru. Pertama, karena kita bersyukur di atas penderitaan orang lain. Kedua, bisa berarti jika suatu saat kita berada di posisi seperti orang tersebut, kita akan sulit untuk bersyukur, apalagi bersukacita. Rasa syukur kita bergantung pada kondisi kita yang lebih baik daripada orang lain.
Mari perhatikan apa yang dituliskan pemazmur di ayat 10, “Sebab Engkau (Allah) telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak.” Perak adalah salah satu jenis logam berharga. Keunikan perak adalah sangat jarang ditemukan dalam bentuk asli (bongkahan perak). Biji kasarnya harus dilebur dan dimurnikan agar perak terpisah dari kotoran-kotoran asing lainnya.
Pemazmur melihat kehidupan orang Israel ketika Tuhan izinkan mengalami penderitaan (ay. 9-12) seperti proses pemurnian perak yang harus dilebur dengan api. Memang tidak enak dan menyakitkan. Dibuang bagian yang tidak perlu dan akhirnya baru mendapatkan hasil yang baik. Di dalam pergumulan seseorang, sebetulnya di sanalah sedang dibentuk hati dan hidupnya. Ia diajar melihat kembali siapakah Allah bagi dirinya. Di dalam penderitaan, seseorang dimurnikan untuk melihat kembali hubungannya dengan Allah.
Jujur saja, tidak mudah untuk memuji Tuhan di saat-saat yang sulit. Tidak ada orang yang siap menghadapi penderitaan. Namun, Tuhan sudah memiliki skenario indah, yang kadang tidak bisa kita lihat pada saat ini. Sangatlah mungkin permasalahan kita tidak kunjung selesai atau penyelesaiannya memakan waktu bertahun-tahun. Marilah kita nikmati bagaimana Tuhan senantiasa memurnikan diri kita melalui penderitaan. Sadarilah kita sedang dibentuk menjadi perak yang indah. Martin Luther King Jr. Pernah berkata “Semakin gelap langit, semakin kita bisa melihat bintang-bintang begitu indah.”
Refleksi Diri:
- Coba renungkan, hal-hal baik apa yang bisa Anda dapatkan di dalam penderitaan yang sedang dialami?
- Apakah Anda percaya bahwa Tuhan sedang membentuk diri Anda melalui pergumulan yang sedang dihadapi? Kenapa demikian?