Disembunyikan Oleh Tuhan
Zefanya 1:1-3
Lebih baik berlindung pada TUHAN, dari pada percaya kepada manusia.
- Mazmur 118:8
Kitab Zefanya adalah salah satu kitab yang mungkin jarang kita baca. Zefanya adalah nabi Tuhan yang hidup di zaman Raja Yosia, pada masa-masa akhir Kerajaan Yehuda Selatan. Yang menarik, nama Zefanya secara literal berarti “disembunyikan oleh Tuhan”. Disembunyikan dari apa?
Kita tahu bahwa Raja Yosia, seorang bocah berusia delapan tahun yang diangkat menjadi raja, adalah raja yang benar (2Raj. 22:2). Ia memperjuangkan reformasi di Kerajaan Yehuda Selatan dengan cara memecat imam dewa-dewa asing serta menghapuskan segala bentuk penyembahan berhala (2Raj. 23). Sepertinya kisah hidup Yosia dan Kerajaan Yehuda Selatan akan berakhir dengan happy ending.
Namun, hidup Yosia berakhir tragis. Perikop 2 Tawarikh 35:20-25 menceritakan bahwa Nekho, raja Mesir, ingin memerangi Asyur (2Raj. 23:29) dan Yosia ikut campur. Nekho memperingatkan Yosia agar tidak menghentikannya, tetapi Yosia bersikeras. Lalu ayat 2 Tawarikh 35:22 menekankan bahwa Yosia tidak mengindahkan kata-kata Nekho yang merupakan “pesan Allah”. Singkat cerita, reformasi Yosia gagal karena ia tidak mendengarkan pesan Allah dan karena Kerajaan Yehuda sudah begitu bejatnya.
Inilah kenyataan hidup. Kita bisa membayangkan betapa bersukacitanya Zefanya melihat reformasi yang dilakukan Yosia. Kerajaan Yehuda meninggalkan penyembahan berhala dan ia berharap keadaan akan semakin membaik. Namun, semua harapan Zefanya kandas ketika melihat Yosia mengakhiri reformasinya sendiri secara tidak langsung dengan main sok jago melawan Nekho dan akhirnya tewas sebelum reformasinya terselesaikan. Zefanya tidak dapat bersembunyi di balik perlindungan Yosia.
Demikian pula di dalam hidup. Kita mungkin melihat seorang pemimpin baru, teladan panutan, agen perubahan, seorang yang kita percaya diutus Tuhan untuk membawa pengharapan, sebagaimana Zefanya melihat Yosia atau juga orang-orang Israel memandang Saul.
Jika kita meninggikan seseorang ke atas takhta pengharapan hati kita, kita harus siap kecewa. Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali-kali akan jatuh juga, demikian kata pepatah. Tentu ini bukan berarti kita menjadi pesimis, sinis, dan berpikiran negatif terhadap semua orang. Poinnya adalah tidak peduli sesempurna apa pun seseorang, manusia pasti bisa salah. Satu-satunya pribadi yang kepada-Nya kita bersembunyi dan berlindung adalah Tuhan Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah mengidolakan seseorang, mungkin seorang rohaniwan, pemimpin gereja, atau tokoh politik tertentu, lalu dikecewakan karena ternyata ia tidak sesempurna yang dibayangkan?
- Apa langkah praktis Anda menggantungkan pengharapan dan bersembunyi dalam perlindungan Yesus?