Ditinggalkan Sendirian
Matius 27:45-56
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
- Matius 27:46
Saya rasa kita semua pernah merasa sendirian dan kesepian, bukan? Sendirian artinya tidak ada seorang pun yang bersama kita. Saat-saat dimana kita membutuhkan kehadiran orang lain yang mendukung kita, tetapi tak ada satu pun yang menemani. Kesepian adalah kondisi hati merasa sendirian walaupun kita memiliki keluarga atau teman, tetapi tak ada seorang pun yang dekat serta memahami kita. Sendirian dan kesepian menjadi momen kita membutuhkan dukungan dan bantuan seseorang saat menghadapi kesusahan
dan penderitaan.
Tuhan Yesus juga pernah merasakan kesepian. Pada saat puncak penderitaan-Nya, setelah dicaci maki, difitnah, didera, dianiaya, dan disalibkan, Dia berteriak, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” yang artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Tuhan Yesus ditinggalkan sendirian. Tak ada siapa pun yang bersama-Nya. Allah Bapa harus meninggalkan-Nya karena Kristus sedang menanggung dosa manusia. Kristus Yesus yang suci tanpa dosa diperlakukan seolah-olah Ia adalah pendosa ketika menanggung semua dosa manusia. Itulah sebabnya Allah yang Mahakudus tidak bisa bersama dengan Kristus karena yang kudus dan berdosa tidak bisa bersama-sama.
Pertanyaan, bagaimana perasaan Tuhan Yesus pada saat Dia sendirian dan ditinggalkan? Semua orang membenci-Nya. Semua murid meninggalkan-Nya. Allah Bapa pun meninggalkan-Nya. Tentu perasaan Kristus sangatlah sedih. Kesedihan-Nya tampak dari jeritan dan teriakan-Nya memanggil dan mencari Allah Bapa. Dia ingin ditemani. Tuhan Yesus ingin Allah bersama-Nya. Hanya saja, ada penghalang besar, yaitu dosa manusia yang memisah-kan Dia dan Sang Bapa.
Saudaraku yang terkasih, kita harus menyadari betapa besar harga yang dibayar oleh Tuhan Yesus untuk menebus atau membeli kita dari maut. Bukan dengan perbuatan atau mukjizat-Nya, melainkan dengan darah dan nyawa-Nya. Yesus rela ditinggalkan dan sendirian demi kita semua. Dia rela mengalami kesedihan dan kesepian yang dalam demi
menyelamatkan setiap kita.
Janganlah menyia-nyiakan harga yang telah dibayar oleh Kristus. Jika kita sudah menjadi orang percaya, ingatlah selalu pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Tuhan Yesus rela menanggung semua itu, hanya demi menyelamatkan kita yang berdosa. Dosa kita yang terlalu besar telah dibayar dengan pengorbanan-Nya yang sangat besar. Syukuri dan hargai pengorbanan-Nya.
Refleksi Diri:
- Bagaimana perasaan Anda saat ditinggalkan sendirian? Apakah kesepian tersebut sebanding dengan kesendirian yang dialami Yesus?
- Apakah Anda sudah menghargai pengorbanan Yesus di kayu salib? Apa komitmen Anda sekarang sebagai wujud syukur atas pengorbanan-Nya?